DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Anthony Budiawan: Ekonomi Sri Lanka Ambruk Karena Dukungan Global Lepas Tangan

image
Anthony Budiawan, Penulis adalah, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS)

 

ORBITINDONESIA - Ambruknya ekonomi di negara Sri Lanka disebabkan adanya 'lepas tangan' dukungan global. Sementara Indonesia hingga kini masih mendapat dukungan global tersebut. Hal itu diungkapkan analis ekonomi Indonesia, Anthony Budiawan.

Anthony Budiawan mengatakan hal itu dalam Diskusi Publik Forjis di Jakarta, 6 Agustus 2022. Adian Radiatus menjadi moderator pada acara itu.

Meski ada dukungan global, Anthony Budiawan memperigatkan, kemesraan hubungan dengan China bisa saja mengubah peta politik dan ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Liga 1: Eduardo Almeida Diminta Mundur, Aremania Ungkap Kekecewaan

Anthony menyebut, mega proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung mulai memperlihatkan gejala 'batuk pilek' akut, sehingga Anthony memandang perlu didiagnosa oleh sebuah tim audit independen melalui Pansus DPR.

“Patut diduga terjadi tingkat inefisiensi atau pemborosan jenis koruptif di luar kewajaran,” tudingnya.

Dilain sisi adalah fakta bahwa daya tahan strategi ekonomi Indonesia dipicu naiknya harga sejumlah komoditas. Namun sayangnya, kata Anthony, 'durian runtuh' ini tidak dinikmati rakyat banyak tapi hanya korporasi oligarki dan pemerintah.

Ditambahkan Anthony, kondisi negatif kesenjangan yang cukup besar antara rasio kewajiban membayar pajak kelompok korporasi oligarki, dibanding yang dibayarkan oleh masyarakat menengah ke bawah, menjadikan jurang ketimpangan antara si kaya dan si miskin semakin tak terbendung.

Baca Juga: Lulusan Ponpes Tidak Harus Menjadi Kiai atau Ustadz

Anthony mengkritik, tinjauan perspektif ekonomi yang 'tersandera' oleh kepentingan politik kekuasaan, di bawah kendali oligarki melalui korporasi besarnya, tampaknya akan menjadi benang kusut perekonomian Indonesia dalam semester akhir tahun ini hingga periode 2023.

Ditambahkan, yang cukup memprihatinkan adalah tiadanya kemampuan membayar utang secara sehat karena surplusnya penerimaan negara. Tetapi kewajiban utang itu dibayar melalui utang pula. 

“Tentu saja, perbesaran rongga utang akan melebar manakala proyeksi penerimaan pajak tahun berjalan dipastikan menurun serta defisit transaksi berjalan,” ujar Anthony. ***

 

Berita Terkait