Kisah Pesantren di Papua yang Batal Dibakar karena Foto Gus Dur
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Agustus 2022 15:29 WIB
ORBITINDONESIA - Di Papua sini komunitas muslim sangat minoritas. Sebetulnya banyak kelompok Islam baru yang bermunculan, namun berhaluan keras. Sehingga masyarakat asli merasa terusik dan tentu tidak begitu tertarik.
Karena itulah ketika kami membangun Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an (PPMQ) di Papua Barat, mereka mengira bahwa kami sama dengan komunitas muslim garis keras yang tidak simpatik kepada orang Papua dan juga adat Papua.
Berkat pertolongan Allah, alhamdulillah lama-kelamaan mereka di Papua mengetahui siapa kami dan bahkan mau belajar Al-Quran kepada kami, yang hanya penjual ayam ini.
Baca Juga: Simak Fakta Lagu Rose BLACKPINK On The Ground yang Kembali Trending di Twitter
Saya tidak punya ilmu Al-Quran sebaik dan sepandai sahabat-sahabat santri lain. Saya hanya bisa alif ba', ta'. Namun semua aktivitas mengajar Qur'an kami lakukan dengan ikhlas, sesuai nasihat Romo Kiai Yusuf Masyhar.
Awal berdiri, semua menolak kehadiran PPMQ Al-Qalam. Bahkan dari pihak lintas gereja pun menolak keras. Majelis Rakyat Papua juga menolak
Kami dikepung. Tempat kami dikelilingi pelbagai macam sajam, tombak, panah, parang dan lainnya, hendak mengusir kami dari bumi Papua.
Mereka pun merangsek masuk ke dalam pondok, ke ruang utama. Di saat itulah mereka melihat logo NU, foto Gus Dur, Kalender Tebuireng dan MQ, serta foto Mbah Hasyim dll
Baca Juga: Bikin Konten Video ala Model Citayam Fashion Week, Camat Cantik di Payakumbuh Suamatra Barat Ini Dicopot
Melihat semua itu, kepala suku besar berteriak ke orang-orang yang sudah siap dengan senjatanya di luar pondok, "Berhenti, kau punya pesantren ada hubungan apa dengan Tebuireng dan foto-foto ini?".
Saya hanya diam tidak menjawab. Kondisi saat itu benar-benar mencekam
Setelah itu, mereka meletakkan senjata semua. Duduk dengan hormat mengikuti kepala suku besarnya.
Mereka berteriak, "Gus Dur... Gus Dur,.. kita punya orang tua... NU kita punya saudara...". Ya Allah ya Rabb
Baca Juga: Anji dan Marcell Siahaan Perang Komentar di Instagram, Berawal dari Royalti Musisi
Lalu mereka berkata langsung ke saya, "Pak ustadz, mulai detik ini kami yang menjaga pesantren ini, kami yang jaga". Lalu mereka berteriak bersama-sama tanda mendukung
Alhamdulillah sampai detik ini pesantren kita berdiri, dengan dukungan mereka, sahabat kami semua, yang mengakui dan menghormati Gus Dur sebagai orang tua. MasyaAllah
Oleh: Darto Syaifuddin,
Pengasuh PP Tahfidz Madrasatul Qur'an***