Mewaspadai Manuver Amerika Serikat, PKS dan Dukungan ke Anies Baswedan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 25 Maret 2023 20:50 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kedatangan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Y. Kim berkunjung ke kantor DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum lama ini tidak bisa dilihat sebagai kunjungan silaturahmi biasa.
Namun kunjungan Dubes Amerika itu harus dilihat sebagai bentuk safari politik dari kacamata geospasial, karena tak bisa dipungkiri Anies Rasyid Baswedan dinilai sangat disupport full oleh negeri Paman Sam tersebut.
Kedatangan Duta Besar Amerika ke markas PKS merupakan safari politik pertama sang diplomat itu ke kantor-kantor partai politik.
Baca Juga: MotoGP Portugal: Hasil Kualifikasi, Marc Marquez Raih Pole Position
Ini menandakan ada sesuatu yang harus diantisipasi oleh lawan politik dari Anies Baswedan, sebab Amerika punya sejarah panjang dalam percaturan politik kekuasaan di Indonesia sejak dulu.
Apalagi PKS adalah partai dengan ideologi yang sangat jauh berbeda dengan falsafah yang dianut oleh mayoritarian politikus di negara Paman Sam tersebut.
Perbedaan pandangan politik yang sangat jauh berbeda menandakan kunjungan Mr. Kim ini harus diwaspadai sebagai safari dukungan politik negara Paman Sam itu pada kandidat calon presiden tertentu.
Amerika Serikat punya sejarah panjang dengan Indonesia, dimulai dari era kemerdekaan hingga jatuhnya era Orde Lama.
Seorang penulis asal Australia, Greg Poulgrain menilai pergolakan politik di Indonesia pada era 1950-1960-an tak lepas dari campur tangan badan intelijen Amerika (CIA).
Hal ini bisa kita baca dalam buku "The Incubus of Intervention, Conflicting Indonesia Strategies of John F Kennedy and Allen Dulles."
Kita bisa menemukan referensi peran intelijen Amerika Serikat antara lain pemberontakan PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi sebagai bagian dari taktik CIA untuk memperkuat militer pusat di Indonesia agar menunggu pada waktunya menghancurkan PKI dan Sukarno.
Selain Sukarno pada orde lama Amerika Serikat juga punya peran penting dalam menggulingkan Suharto pada era rezim orba baru.
Baca Juga: RENUNGAN RAMADAN: Nabi dan Banyak Ulama Mengkhatamkan Al Quran di Bulan Ramadan
Amerika Serikat dan International Monetary Fund (IMF) sengaja menciptakan krisis ekonomi yang disusul krisis politik, mengakibatkan pelarian modal ke luar Indonesia secara masif.
Sehingga menyebabkan anjloknya nilai rupiah sampai mencapai Rp 17.000,- per dolar. Rupiah yang lemah membuat pembisnis kolaps, karena tidak dapat lagi mengelola utang luar negerinya.
Di tengah krisis ekonomi yang memburuk, Soeharto terpaksa menandatangani 'letter of intent' dengan IMF di kediaman Cendana, pada 15 Januari 1998. Sepintas IMF seperti membantu, tapi kenyataannya sebaliknya.
Baca Juga: Politik Jalan Tengah, Cara Ganjar Pranowo Meredam Bola Panas Israel vs Palestina
Bantuan dengan sejumlah syarat itu malah sangat merugikan perekonomian Indonesia yang memaksakan mundurnya presiden Soeharto.
Dari berbagai perjalanan panjang ini sudah barang tentu Amerika Serikat harus diwaspadai dalam berbagai kajian kajian geospasial apalagi Indonesia saat ini sedang menuju tahun politik.
(Oleh: Ir HR Haidar Alwi MT, Presiden Haidar Alwi Institut) ***