DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Kandidat Petahana pada Pilkada Serentak 2024 Lebih Diuntungkan Dibanding Penantangnya

image
Ilustrasi Pemilu 2024.

Oleh H.M. Albahori, M.Ikom

ORBITINDONESIA – Kontestasi Pemilu 2024 yang mencakup Pileg, Pilpres, dan Pilkada serentak adalah kompetisi  terberat bagi partai baru dan politikus baru.

Bagi partai politik dan politikus baru, mereka harus bersaing untuk berebut kursi dengan petahanan dan partai lama agar bisa masuk ke parlemen DPR RI, DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota pada Pileg 2024, yang digelar pada 38 provinsi dan 514  kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Pemilihan legistatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) 2024 dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024, sedangkan Pilkada serentak 27 November 2024.

Jeda antara Pileg/Pilpres dan Pilkada yang 287 hari ini adalah ruang waktu yang sempit dan terbatas bagi kandidat penantang kepala daerah untuk berkampanye memperoleh simpati konstituennya.

Singkatnya masa kampanye dan konsentrasi partai politik dalam Pileg dan Pilpres 2024,  secara tidak langsung  menguntungkan kandidat petahana.

Dengan situasi demikian, kandidat petahana memperoleh tiga keuntungan.

Keuntungan pertama, masa kampanye dengan ruang waktu yang relatif sempit membuat kandidat penantang  tidak mempunyai waktu panjang  dalam menjalankan strategi komunikasi untuk meningkat popularitas dan elektabilitasnya.

Ini termasuk terbatasnya kesempatan dalam membuat  personal branding, political branding, dan  political marketing,  sehingga optimalisasi  branding tidak berjalan secara maksimal.

Di pihak lain, kandidat petahana berpotensi dan berpeluang memperoleh ruang persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan branding yang lebih besar.

Dengan demikian, strategi komunikasi dalam pencitraan petahana lebih diuntungkan, karena bisa efektif dan massif.

Popularitas dan elektabilitas kandidat petahana pun lebih cepat meningkat.

Ini bisa dibuktikan dari berbagai pra survei yang senantiasa menempatkan petahana di peringkat tertinggi elektabilitasnya dibanding pesaingnya yang menantang.

Keuntungan kedua, kandidat petahana mempunyai kesempatan menyusun program kerja yang menyasar konsituennya.

Kemudian menjalankan publikasi keberhasilan kinerja pemerintahannya secara efektif dan massif. Ini akan memberi efek positif kepada popularitasnya.

Beberapa hasil pra survei memperilihatkan bahwa popularitas kandidat petahana cenderung lebih tinggi dari pada pesaingnya yang menantang.

Keuntungan ketiga, secara phisikologis, kontestasi Pemilu dengan tahapan Pileg, Pilpres dan Pilkada, akan menghsilkan kejenuhan yang  dapat menurunkan tingkat emosional pemilih.

Tingginya tingkat kejenuhan ini akan menurunkan partisipasi masyarakat pada Pilkada serentak 2024 seperti terjadi pada Pemilu 2019. ***

H.M. Albahori, M.Ikom ialah Politikus dan Praktisi Komunikasi Politik

Berita Terkait