DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

CERPEN Syaefudin Simon: Tuhan yang Telanjang

image
Syaefudin Simon tentang Tuhan yang telanjang

Rupanya ia sudah lenyap sama sekali. Bau parfumnya juga telah hilang. Bau badan dan keringatnya juga sudah tak terendus lagi. Tapi begitu aku membereskan bantal, ada selembar kertas merah jambu.

“Sayang. Aku tetap menyintaimu. Pengalaman kita menikmati indahnya syahwat di Ancol, di hotel Santika, di Pantai Cilamanya adalah prolog dari kenikmatan yang ada di surga. Tapi kenikmatan tertinggi di surga adalah melihat Tuhan yang telanjang.”

Ha? Lagi-lagi aku kaget bukan main. Kubalik kertas surat itu. Ternyata masih ada tulisan Sri lagi.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: Rapor Biru Jokowi di bidang Sosial Budaya, Rapor Merah di bidang Lapangan Kerja

“Manusia itu aneh. Kenapa di dunia yang pendek ini waktunya dihabiskan untuk mempermasalahkan busana. Tak ada gunanya mas. Yang dilihat Tuhan itu bukan busana. Tapi hati manusia.

Mau telanjang sekalipun kalau hatinya sabar, ikhlas, helpful, cinta manusia, dan cinta alam semesta, Tuhan akan menghargainya. Di mata Tuhan semuanya telanjang.”

Aku tertegun. Mimpikah aku? Kukucek-kucek mataku. Aku tidak mimpi. Astaghfirullah. Dari mulutku tanpa sadar terucap:

Sri. Thank you. Kau telah menyadarkan aku tentang makna kehidupan. Makna ketelanjangan.

(Oleh: Syaefudin Simon, cerpenis, ghost writer). ***

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait