Percaya Kepada Koperasi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 15 Juli 2022 08:15 WIB
Oleh: Entang Sastraatmadja, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat.
ORBITINDONESIA – Tanggal 12 Juli 2022 lalu, kembali bangsa kita memperingati Hari Koperasi Indonesia. Modal utama Koperasi adalah kepercayaan.
Itulah yang diingatkan Bapak Koperasi kita Bung Hatta lewat salah satu tulisan nya. Koperasi sebagai bangun usaha, tidak mungkin akan tumbuh dan berkembang, sekiranya tidak memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Itu sebabnya, kalau kita berkehendak menjadikan Koperasi sebagai soko guru perekonomian sebagaimana yang diamanatkan dalam konstitusi bangsa, maka strategi utama yang penting segera ditempuh adalah menanamkan kepercayaan di kalangan masyarakat tentang peran penting Koperasi dalam memperkokoh ekonomi bangsa bersama bangun usaha lainnya.
Baca Juga: Satupena Akan Diskusikan Nikah Beda Agama Dilihat Dari Perspektif Agama dan Hukum
Trust menurut (Lee dan Choi, 2003) adalah mempertahankan keyakinan antara satu sama lain dalam hal niat dan perilaku.
Trust atau kepercayaan, pada hakekatnya dibangun oleh kesadaran diri dalam mengartikulasikan sikap tindakan dan wawasan terhadap orang lain. Trust sendiri akan terbangun lewat sebuah proses yang cukup panjang.
Dan yang pasti, trust tidak akan "ujug-ujug" melekat dalam diri seseorang atau sebuah lembaga. Termasuk di dalamnya soal kepercayaan rakyat terhadap kelembagaan Koperasi, yang sejak kelahiran nya di negeri ini kerapkali dimuati oleh berbagai kepentingan tertentu, baik kepentingan politik tertentu atau pun kepentingan kekuasaan.
Sebagai bangun usaha, perjalanan Koperasi telah menunjukan "pasang surut". Koperasi adakalanya mendapat tempat terhormat di masyarakat, namun ada kala nya pula mendapat tempat terhina dalam kehidupan bermasyarakat di negeri ini.
Baca Juga: Piala AFF U19: Bantai Thailand, Laos Melawan Malaysia di Final Jumat 15 Juli 2022
Di masa lalu, kita saksikan betapa kecewanya rakyat, tatkala Koperasi dijadikan alat kepentingan partai politik untuk dikemas sebagai propaganda politik nya.
Dengan dalih membela rakyat miskin, masyarakat digiring untuk berafiliasi ke partai politik tertentu. Akibat nya banyak rakyat yang merasa terjebak oleh langkah-langkah yang diambil oleh partai politik tersebut.
Rakyat pun banyak yang kecewa, bahkan ujung-ujungnya bermuara kepada ketidak-percayaan terhadap lembaga Koperasi.
Yang berkembang kemudian, masyarakat menjadi ketakutan bila mendengar kata Koperasi. Dampak dijadikannya lembaga Koperasi untuk kepentingan partai politik, membuat masyarakat memiliki penilaian tersendiri terhadap lembaga Koperasi.
Baca Juga: Nadhifa Annisa: Bisnis Penjualan Busana Muslimah Via Online Masih Menjanjikan
Tidak jarang diantara mereka ada yang merasa ketakutan bila ada pihak yang menggadang-gadang Koperasi.
Di mata mereka, lembaga Koperasi, tidak ubah nya seperti "dedemit" yang sering meminta korban. Rasa trauma masyarakat yang mendalam ini, ternyata semakin diperparah dengan adanya penyelewengan Kredit Usaha Tani (KUT).
Ini membuat banyak pihak harus berurusan dengan Aparat Penegak Hukum. Bahkan ada juga masyarakat yang harus menghuni Hotel Prodeo.
Gambaran seperti ini menunjukkan kepada kita, salah satu faktor yang membuat hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga Koperasi dikarenakan ada oknum-oknum penguasa dan pengusaha yang ingin memanfaatkan kesempatan demi mengejar keuntungan sesaat. Akibat kiprah mereka, citra Koperasi menjadi hancur.
Baca Juga: Tentara Rusia dan Ukraina Sama sama Kehabisan Tenaga Bertempur di Kawasan Ukraina Timur
Di sisi lain, selama beberapa tahun belakangan, kehadiran dan keberadaan Koperasi dalam panggung pembangunan, masih belum mampu dioptimalkan oleh para pengambil kebijakan.
Koperasi masih dinilai selaku "anak bawang". Koperasi masih belum sekeren Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang hampir setiap hari mendapat perhatian dari Menteri BUMN.
Berbeda dengan Koperasi, yang hanya ramai dibahas ketika hari ulang tahunnya tiba. Setelah itu, nyaris tidak terdengar lagi beritanya. Menteri nya sendiri, lebih banyak bicara Usaha Mikro atau Usaha Kecil ketimbang membicarakan Koperasi.
Atas hal yang demikian, sah-sah saja bila ada orang yang berpendapat, lembaga Koperasi di negara kita ibarat tanaman bonsai.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Pengusaha Muda yang Lulus Kuliah Menjadi Bisnis Sendiri
Dihadapkan pada kondisi yang demikian, tampak tersirat, upaya mengembalikan citra Koperasi ke dalam jati diri yang sesungguh nya, bukanlah hal yang cukup mudah untuk digarap.
Hambatan nya, tentu bukan hanya berkaitan dengan soal persepsi yang kini melekat dalam benak masyarakat, namun hal ini akan berkaitan pula dengan kemauan plus tindakan politik Pemerintah untuk mewujudkannya.
Selama Pemerintah masih setengah hati untuk menampilkan lembaga Koperasi menjadi bangun usaha yang handal, maka selama itu pula Koperasi hanya akan tumbuh biasa-biasa saja.
Koperasi tak ubah nya hanya menjadi pelengkap dalam perekonomian nasional. Koperasi selalu akan berada di pinggiran dibandingkan dengan bangun usaha lain, seperti BUMN dan Swasta.
Baca Juga: Beredar Versi Palsu, Bos WhatsApp Keluarkan Peringatan kepada Pengguna
Itu sebab nya, mengapa bila kita berkehendak untuk menjadikan Koperasi sebagai bangun usaha yang membanggakan, salah satu langkah dapat ditempuh adalah dengan menanamkan kembali rasa kepercayaan rakyat terhadap lembaga Koperasi.
Rakyat harus diyakinkan lagi, Koperasi adalah bangun usaha yang menjunjung tinggi nilai-nilai begotong-royongan dan kebersamaan.
Koperasi inilah yang akan mampu melahirkan suasana "makmur dalam kebersamaan, sekaligus bersama dalam kemakmuran". ***