Penyebab Jepang Dilanda Hujan Paling Parah Sepanjang Sejarah, Dua Juta Orang Disarankan Mengungsi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 04 Juni 2023 13:55 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Sejak Jumat 2 Juni 2023, Badan Meteorologi Jepang mencatat hujan disertai badai petir telah merusak ratusan rumah, 35 orang terluka dan 2 lainnya tewas.
Bahkan, Badan Metereologi di Jepang mencatat, hujan ini jadi yang paling parah dalam sejarah. Otoritas meminta agar 2 juta orang mengungsi.
Curah hujan yang menyentuh rekor dalam sejarah di Jepang ini, disertai dengan badai petir. Bahkan terlihat berlangsung tanpa henti dari Jumat hingga Sabtu pagi di 23 wilayah barat dan tengah.
Akibatnya, dua orang tewas dan 35 lainnya terluka akibat hujan lebat melanda wilayah yang luas di Jepang. Hujan menyebabkan longsor dan sungai meluap di banyak wilayah di bagian timur negara itu.
Kondisi cuaca buruk disebabkan udara hangat dan lembab yang bertiup dari Topan Mawar dan hujan gelombang udara dingin dekat pulau utama Jepang Hoshu.
Topan tersebut kemudian diturunkan menjadi siklon ekstra tropis pada Sabtu pukul 3 sore setelah bergerak ke pulau Izu, selatan Tokyo, menurut badan itu.
Baca Juga: RENUNGAN: Orang yang Haus dan Lapar Akan Kebenaran
Sungai yang meluap memaksa beberapa pemerintah daerah seperti Toyoashi di Prefektur Aichi, mengeluarkan peringatan banjir paling tinggi kepada penduduk, menyerukan kepada mereka untuk segera menuju tempat yang lebih aman.
Di Toyoashi, seorang pria 65 tahun dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu setelah ditemukan berada di dalam mobil di sebuah ladang yang terendam banjir, kata polisi, seraya menambahkan bahwa mobil tersebut nyaris tenggelam sepenuhnya.
Seorang pria yang sedang memancing di Moka, Prefektur Tochigi, juga tewas setelah tersapu ke terowongan irigasi.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Membutuhkan Orientasi Arah Baru
Setidaknya lima orang hilang, 232 rumah mengalami kerusakan baik sebagian atau seluruhnya, kata pihak berwenang.
Sebanyak dua juta penduduk prefektur Gizu, Shizuoka, Aichi dan Mie disarankan untuk mengungsi sementara.
Di sebagian Prefektur Shizuoka, kota Hamamatsu, ketinggian curah hujan mencapai 497,5 milimeter, sementara curah hujan setinggi 419 mm dialami Toyohashi dalam 24 jam hingga Sabtu pagi, menurut keterangan badan itu.
Pada Sabtu pagi wilayah Kanto yang berpusat di Tokyo, curah hujan 47,5 mm teramati dalam satu jam di Funabashi, Prefektur Chiba, dan 45 mm di Nerima Ward, Tokyo.
Central Japan Railway Co kembali mengoperasikan layanan kereta cepat antara Tokyo dengan Osaka setelah sebelumnya melakukan pembatalan akibat hujan.
Pelayanan jalur Shinkansen Tokaido dibatalkan pada rute Tokyo dan Nagoya di Prefektur Aichi. Kereta antara stasiun Nagoya dan Shin-Osaka berjalan setiap satu jam hingga sore.
Perusahaan mengoperasikan kereta bagi penumpang yang terlantar pada Jumat di stasiun Tokyo, Nagoya dan Shin-Osaka. Sebanyak 5.300 orang bermalam di mobil-mobil, kata badan itu.
Para penumpang yang terpaksa bermalam di stasiun atau kereta terlihat kelelahan akibat hal itu.
"Sekitar 80 persen kursi ditempati," kata Kengo Kaku (46 tahun) dari Prefektur Okayama setelah bermalam di kereta cepat di stasiun Tokyo.
"Saya bisa merebahkan kursi saya hanya sedikit. Saya tidak bisa tidur lelap," katanya.
Stasiun Nagoya tetap dipadati penumpang yang terlantar, bahkan pada Sabtu malam, saat mereka memeriksa status operasional kereta melalui layar elektronik***
Dapatkan informasi menarik lainnya dari ORBITINDONESIA.COM di Google News