DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Rumah Sakit Al Shifa di Gaza, Palestina Menjadi Target Israel, Ini Alasan Mengapa Tempat Ini Sangat Penting

image
Rumah Sakit Al- Shifa di Gaza, Palestina Menjadi Target Israel, Ini Alasan Mengapa Tempat Ini Sangat Penting.

ORBITINDONESIA.COM – Rumah Sakit Al-Shifa di bagian utara wilayah yang terkepung kini menjadi pemberitaan yang menonjol sejak serangan tentara Israel di Jalur Gaza, Palestina dimulai setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023.

Rumah sakit Al-Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di wilayah isolasi Palestina yang terkepung diketahui sudah menghadapi kekurangan pasokan sebelum pasukan Israel meledakkan gudang obat-obatannya.

Seiring meningkatnya jumlah korban tewas karena serangan Israel di Gaza selama lima hari terakhir, rumah Sakit Al-Shifa mulai menjadi pusat perhatian internasional.

Baca Juga: Sekitar 36 Bayi Baru Lahir dan Banyak Pasien Lain Terperangkap RS Shifa Gaza yang Dikepung Israel

Terhitung hingga saat ini, lebih dari 11.500 warga Palestina dimana hampir setengah dari mereka adalah anak-anak, dibunuh oleh pasukan Israel.

Adegan brutal ini juga terjadi di rumah sakit ketika penembak jitu menghabiskan waktu berhari-hari menembaki siapapun yang mencoba berpindah dari satu gedung medis ke gedung medis lainnya.

Tindakan sadis ini pun akhirnya memicu kecaman internasional, namun tampaknya tentara Israel tidak terpengaruh.

Baca Juga: Indonesia dan Amerika Serikat Perkuat Kerjasama Pertahanan dengan Penandatanganan Perjanjian Baru Tingkatkan Kemitraan Strategis Komprehensif

Rumah Sakit Al-Shifa sendiri memiliki makna lebih dari sekedar medis, dimana kompleks medis bertingkat ini jika diterjemahkan memiliki arti “Rumah Penyembuhan” dan digambarkan sebagai jantung Gaza.

Rumah sakit ini telah ada sejak masa pemerintahan Inggris atas Palestina dan diresmikan sebagai rumah sakit pada tahun 1946 setelah awalnya menampung barak tentara Inggris.

Kota ini diketahui telah selamat dari beberapa perang dan pendudukan Israel selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Gustavo Petro Usulkan PBB Akui Palestina sebagai Negara Merdeka

Sayangnya, sejak bulan lalu, pasokan obat-obatan dan bahan bakar yang sangat dibutuhkan tidak diberikan dan itu terjadi sebelum pasukan Israel menerobos masuk dan meledakkan persediaan obat-obatan yang semakin menipis.

Staf rumah sakit juga terpaksa harus menguburkan puluhan orang di kuburan massal karena mereka tidak punya pilihan lain.

Selain itu, mayat-mayat masih tergeletak di sekitar halaman rumah sakit sehingga hal ini tampak memprihatinkan.

Baca Juga: Jokowi Temui Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Minta Kekejaman di Jalur Gaza Dihentikan

Rumah sakit Al-Shifa juga dipandang sebagai pusat ketegangan bagi badan-badan administratif pemerintah Gaza.

Pejabat kementerian kesehatan telah mengadakan konferensi pers di tengah banyaknya mayat di sana, dan kementerian media pemerintah telah beroperasi di luar rumah sakit.

Meski berada di tengah ketegangan, rumah sakit Al-Shifa tetap mempertahankan konektivitas internetnya ketika wilayah Gaza lainnya terputus oleh Israel.

Baca Juga: AS Lakukan Lebih Banyak Serangan Udara Terhadap Kelompok yang Didukung Iran di Suriah

Hal tersebut pun membuat wilayah ini akhirnya menjadi pusat perhatian para jurnalis, yang beberapa di antaranya kini terjebak di sana.

Direktur rumah sakit beserta para dokter dan stafnya terus memberikan informasi terkini kapan pun memungkinkan, dan sering kali menolak klaim Israel seperti pada hari Rabu lalu, bahwa mereka mengizinkan bantuan masuk ke rumah sakit.

Tentara Israel telah menghabiskan beberapa hari terakhir secara bertahap untuk memperketat pengawasannya di sekitar rumah sakit.

Baca Juga: Tiba di Amerika Serikat, Jokowi Akan Temui Joe Biden, Sampaikan Posisi Indonesia untuk Masalah Kemanusiaan di Gaza

Sebagai bagian dari serangan daratnya ke Gaza utara, mereka datang dan mengepung rumah sakit terbesar di Jalur Gaza dengan tentara, tank, kendaraan lapis baja, dan drone penyerang yang didukung oleh penembak jitu.

Pasukan Israel kini telah masuk ke rumah sakit dan menggerebek beberapa departemen dan mereka juga mendirikan pos pemeriksaan elektronik di beberapa pintu gedung utama, sedangkan tank mereka ada di halaman rumah sakit.

Saat ini ribuan orang masih terjebak di rumah sakit yang mencakup banyaknya pengungsi Palestina yang berlindung di sana, pasien yang sakit kritis dan tidak dapat pergi kemanapun, serta staf dan personel medis yang kelelahan.

Baca Juga: Di Tengah Krisis Geopolitik, Beberapa Negara Utama Rencanakan Dubai Airshow

Menurut laporan langsung, pasukan Israel menargetkan generator dan unit komunikasi sebelum menyerbu masuk.

Bahkan, mereka juga menginterogasi puluhan orang yang ditelanjangi dan ditutup matanya karena akses mereka terhadap air dan kebersihan dasar telah terputus.

Salah satu klaim pendukung utama Israel untuk mengepung rumah sakit paling penting di Gaza yaitu mereka meyakini bahwa Hamas memiliki pusat komando utama yang beroperasi dari dalam dan di bawah rumah sakit.

Baca Juga: 4 Tuntutan Jokowi Terhadap Israel di Forum OKI, Suara Indonesia Dalam Konflik Gaza

Klaim ini juga didukung oleh AS, sehingga mendorong Hamas untuk menganggap Washington “sepenuhnya bertanggung jawab” karena secara efektif memberikan lampu hijau untuk menyerang sebuah rumah sakit yang dipenuhi warga sipil.

Baik Tel Aviv maupun Gedung Putih belum mengeluarkan bukti yang diverifikasi secara independen untuk mendukung klaim ini, namun hal ini telah dibantah oleh sejumlah dokter dan staf di rumah sakit tersebut.

Selain itu, belum ada bukti jelas bahwa sejumlah tawanan yang ditangkap oleh Hamas selama serangan tanggal 7 Oktober ditahan di rumah sakit.

Baca Juga: Konsep Dunia Pasca Barat dan Pergeseran Keseimbangan Kekuatan Global

Israel juga tidak mengizinkan pihak ketiga independen memasuki wilayah tersebut untuk memverifikasi klaim masing-masing pihak.

Klaim yang kini sangat disengketakan tersebut secara historis tidak terbukti hingga saat ini.***

Berita Terkait