DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Shinta Ratri, Pendiri Pesantren Waria Yogyakarta Meninggal Dunia Karena Penyakit Jantung

image
Shinta Ratri pendiri Pesantren Waria Yogyakarta

ORBITINDONESIA - Indonesia kehilangan lagi tokoh yang melindungi kaum minoritas. Namanya, Shinta Ratri. Shinta adalah pendiri sekaligus pemimpin pondok pesantren waria, Al Fattah, YogYakarta.

Shinta Ratri meninggal di usia 60 tahun di RSUD Kota Yogyakarta, 1 Februari kemarin. Ia meninggal karena terkena penyakit jantung. Banyak pihak yang mengutarakan dukanya atas kepergian Shinta.

Akun Instagram Komnas Perempuan berharap setelah kepergian Shinta Ratri, kerja-kerja untuk melindungi kaum rentan dan minoritas dapat terus dilanjutkan. Komnas Perempuan bahkan menyebut Shinta sebagai pejuang hak-hak minoritas seksual.

Baca Juga: Sinopsis Film John Wick: Sang Pembunuh Bayaran Keanu Reeves Balas Dendam, Tayang di Bioskop Trans TV Malam ini

“Semoga husnul khotimah dan ditempatkan di sebaik-baiknya tempat kembali,” tulis akun Instragram Jaringan Gusdurian.

Pasti belum banyak yang tahu tentang Shinta. Shinta adalah waria yang mendirikan pondok pesantren khusus untuk kalangan waria, Al Fattah.

Itu dilakukannya karena para waria sulit mendapatkan hak untuk beribadah dan belajar Islam di ruang publik.

Rutinitas yang dilakukan di Al Fattah sama seperti pesantren lainnya. Misalnya jamaah shalat lima waktu, tausiah, tahlil, dan pembacaan asma'ul husna.

Baca Juga: Astagfirullah, Aksi Pencopetan Marak di Masjid Al Jabbar Bandung

Melalui Al Fattah, Shinta ingin menghapus stigma dan diskriminasi terhadap waria, kelompok minoritas gender dan seksualitas. Tapi perjuangannya itu tidak mudah.

Al Fattah kerap dipandang sebagai ancaman. Al Fattah bahkan sempat digeruduk ormas Islam radikal pada 2016.

Saat itu tersebar pesan berantai di kalangan wartawan Yogyakarta yang isinya ancaman penyegelan Al Fattah. Pesan tersebut disebarkan Front Jihad Islam (FJI) Yogyakarta. FJI menuduh Al Fattah membuat fiqih khusus waria.

Baca Juga: Australia Menghapus Monarki Inggris dari Uang Kertasnya

Padahal yang ada hanyalah kajian transgender dalam perspektif Islam.

Akibat penggerudukan itu, aktivitas Al Fattah berhenti selama empat bulan.

Tapi berkat dukungan Komnas HAM, Komnas Perempuan, dan LBH akhirnya Al Fattah bisa dibuka kembali. Selamat jalan, Bunda Shinta Ratri.***

Berita Terkait