Tari Pendet Sambut Kepala Negara/Pemerintahan G20 di Bali, Inilah Asal dan Filosofi Tari Pendet
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 14 November 2022 14:30 WIB
ORBITINDONESIA – Kepala negara atau pemerintahan yang menghadiri KTT G20 di Denpasar, Bali disambut oleh sekelompok wanita yang menari Pendet.
Lalu mengapa tamu-tamu itu disambut tari Pendet? Apa makna dan folosofi tari Pendet itu sendiri?
Dikutip OrbitIndonesia dari Wikipedia, tari Pendet adalah tari pemujaan yang hanya diperagakan di pura, temoat ibadah umat Hindu Bali.
Baca Juga: Jadwal Resmi Pertandingan Penyisihan Grup F Piala Dunia 2022 Qatar: Belgia, Kanada, Maroko, Kroasia
Baca Juga: Jadi Pria Simpanan Pinkan Mambo, Vicky Prasetyo Akhirnya Buka Suara: Bodynya Kayak Lobster Ciawi
Tari pwendet ini sebagai lambang penyambutan para dewa yang turun ke dunia. Tarian itu sebagai penghormatan sekaligus suka cita makhluk di bumi atas turunnya para dewa.
Seiring berjalannya waktu, tari Pendet ini memperoleh sentuhan perubahan dari kalangan seminan Bali. Mereka kemudian mengubah tari Pendet sebagai lambing ucapan SELAMAT DATANG meskipun tetap memiliki makna yang sakral dan religius.
Seniman yang menggubah tari Pendet dalam bentuk modern sekarang ini adalah I Wayan Rindi tahun 1950-an.
Pendet adalah pernyataan dari persembahan dalam bentuk tariam upcara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.
Baca Juga: Didakwa Pasal Berlapis, Nikita Mirzani Anggap Isi Dakwaan Lucu
Tarian ini diajarkan sekadar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari Putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis dinanding tari Tejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan.
Tari Pendet biasanya ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dengan menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi. Cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya. ***