Beda Pemahaman Antara Wartawan dan Protokol Istana Terkait Tata Krama Peliputan Pejabat Tinggi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 14 September 2023 12:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Baru-baru ini, dalam acara KTT ASEAN di Jakarta, sempat tejadi ketegangan antara wartawan VOA Patsy Widyakuswara dengan protokol istana presiden. Gara gara Patsy bertanya dengan nada seperti berteriak pada petinggi negara.
Staf protokol istana sekarang mungkin perlu dibrief oleh wartawan atau staf Deplu, yang biasa bertugas di luar negeri dan paham mengenai kebiasaan pers di luar negeri.
Di banyak negara demokrasi, wartawan melontarkan pertanyaan dari jarak jauh, dengan suara nyaring kepada pejabat adalah soal biasa. Protokol istana harus mengerti, ini tidak ada hubungannya dengan sopan santun.
Wartawan perlu segera menyampaikan beritanya -- apalagi dalam siaran live--- kepada pendengar/pemirsanya.
Beberapa belas tahun lalu, ketika Presiden Amerika Serikat, George Bush, berjalan di samping Presiden Soeharto dari Istana Merdeka ke Istana Negara, saya berteriak: "Mr. President, what's the results of the meeting?"
Bush mengangkat tangan kanannya, tersenyum, sambil menunjuk ke arah depan. Jawabannya tidak terdengar, tapi jelas maksudnya, "Nanti, di konferensi pers (karena ada jadwal untuk itu)."
Presiden Soeharto, yang juga mendengar pertanyaan saya, hanya menoleh sambil senyum ke arah wartawan. Tapi saya tidak diusir oleh Paspampres.
Baca Juga: TULISAN BERSERI 10 PAKAR: Peluang Ganjar Pranowo Pada Pilpres 2024 dan Isu Kemiskinan di Jawa Tengah
Yang berkomentar "Kok teriak, sih" justru seorang wartawan lokal, yang baru hari itu tampak di kalangan wartawan istana.