Gara Gara Perang Dagang AS vs China, Samsung Bisa Senasib dengan Nokia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Juli 2023 11:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Kalian pasti tahu kisah runtuhnya sang raja HP dunia, Nokia. Kisah ini bakal diterima Samsung. Produsen chip memori terbesar kedua ini mengalami kerugian hampir 90 persen lebih. Apa penyebabnya?
Bukan soal inovasi. Bukan soal kreativitas. Tapi, akibat korban perang chip antara Amerika Serikat (As) vs China. Korea Selatan sebagai tempat bernaung Samsung selalu mengekor As. Dijadikan pion untuk melawan China. Nasibnya sudah berada di pinggir jurang.
Cerita bermula saat AS menyetop ekspor chip ke China. Kalau Ukraina dan Rusia perang senjata, AS dan China malah perang dagang tiada henti. Joe Biden minta sekutunya Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Belanda juga melarang penjualan chip ke negeri tirai bambu. Namanya pion ikut saja apa kata si kakek Biden. Samsung kena getahnya.
Baca Juga: Kalau Beli Buku, yang Perlu Diperhatikan Bukan Penulisnya Tetapi Kata Pendahuluan
Baik, kata China. "Ente main kasar ya!" Awalnya China sempat goyah akibat pelarangan ini. China pun bertekad melawan dengan membuat chip sendiri. Produsen semikonduktor didukung pemerintah China harus bisa menyaingi chip AS dan anteknya.
Hasilnya, China sukses memproduksi chip dari 7 nanometer (nm) menjadi 14 nm. Sudah diproduksi massal. Chip AS dan sekutunya mulai tersingkir di China. Chip buatan sendiri yang mendominasi.
Sementara pasar terbesar chip AS dan sekutunya ada di China. Akibatnya Samsung menderita kerugian sampai ratusan miliar won Korea. Mana mau bersaing, chip China itu harganya murah tapi spek memorinya tinggi.
Sementara Samsung, sudah harga mahal, speknya rendah. Jangan heran HP buatan China semakin merajalela di pasar global. Samsung bila terus membabi buta ikut AS, bisa senasib dengan Nokia. HP-nya yang hebat itu bakal tak laku di pasaran.
Baca Juga: Jokowi Dikadali, Glen Ario Sudarto Mafia Nikel Ditangkap, Siapa Lagi Berikutnya
Jangankan Samsung, produsen chip terbesar dunia asal AS, Micron juga mengalami kerugian. Imbas perang dagang juga. Wong, pasar utamanya ada China. Negaranya berperang, perusahaan sendiri merugi.
Banyak analis mengatakan, Samsung masih bisa diselamatkan. Caranya, netral. Jangan ikut berperang sama China. Berat urusannya. Selain sebagai pasar besar, China juga penghasil mineral langka pembuat bahan utama chip.
China sudah mengeluarkan aturan, akan membatasi ekspor bahan mineral langka seperti logam jarang (LTJ) atau rare earth element. Logam bak harta karun termahal di dunia ini dikuasai sepenuhnya oleh China, 84 persen. Material ini sebagai bahan pembuat teknologi canggih dunia.
Makanya, AS kelimpungan China tak mau lagi ekspor logam tanah jarang. Industri senjata AS bakal gulung tikar. Sampai Menlu dan Menteri Keuangan As diutus Biden ke China agar jangan stop ekspor tanah jarang. Ibarat main sepakbola skor 1-1.
Baca Juga: Inspirasi dari Film Oppenheimer (2023): Dilema Moral Seorang Ilmuwan
Kembali ke Samsung, bila negaranya terus ngekor AS, hanya memikirkan politik saja, tak memperhatikan nasib perusahaan, bakal terus menelan kerugian besar. Produk Samsung tak laku, produk China merajalela.
Harga murah, spek tinggi. Sudah itu, inovasinya selalu update pula. Coba, bagaimana melawannya. Anda juga pasti penggemar HP China ya, ayo ngaku.
(Rosadi Jamani, Satupena Kalbar) ***