Prasetyo Adi: Ekonomi Sirkular Adalah Sistem Industri yang Restoratif dan Regeneratif
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 29 Juli 2022 15:33 WIB
ORBITINDONESIA - Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur yang menerapkan konsep ekonomi sirkular atau circular economy mendapat sorotan dari Deputy Director Green Building Council Indonesia (GBCI), Prasetyo Adi.
Prasetyo Adi mengatakan, berdasarkan definisi dari World Economic Forum, ekonomi sirkular sendiri adalah sistem industri yang restoratif atau regeneratif. Ekonomi sirkular bukan cuma soal daur ulang sampah.
"Jadi itu kata kuncinya, by intention dan by design," kata Prasetyo Adi, dalam diskusi virtual bertajuk "Menyongsong Ibu Kota Negara Circular," yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Jakarta, 28 Juli 2022.
Baca Juga: Terkait Perubahan Iklim, IKN Nusantara di Kalimantan Timur adalah Model Kota Masa Depan
Konsep ekonomi sirkular ditujukan untuk menggantikan pendekatan "ambil-pakai-buang" dari ekonomi linear.
Yakni, dengan berupaya memperpanjang siklus hidup dan nilai produk, bahan baku, dan sumber daya, agar bisa digunakan selama mungkin. Serta meminimalkan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya.
Jika mengacu pada kata kunci “by design” dan “intention,” jelas Prasetyo, maka pembangunan IKN Nusantara dalam menerapkan konsep sirkular ekonomi dinilai sudah terlambat. Sebab, realisasi penerapan konsep itu harus dari awal.
"Jadi harus dari awal gitu ya. Menurut saya, sekarang IKN, karena sudah membuat infrastruktur udah agak telat, harusnya segera gitu ya. Karena termasuk dengan rantai pasok," ujarnya.
Baca Juga: Inilah Dasar Hukum Penerbitan SIM Internasional saat Ini, Berlaku di 92 Negara
Prasetyo menambahkan, seharusnya yang pertama kali dibangun di IKN Nusantara adalah taman. Sebab taman bersifat regeneratif dan restoratif.
Yang kedua, lanjutnya, dari taman atau hutan kota itu sendiri, kita bisa menerapkan konsep grow your own city. Dengan konsep ini, jelas Prasetyo, bahan yang digunakan untuk membangun infrastruktur diambil dari daerah tersebut, dalam hal ini Kalimantan.
"Kalau ini kan pendekatannya beda tadi. Bikin dulu bangunan megah, gambar dulu bangunan megah oleh pematung, kemudian bahannya kita impor," pungkasnya.
"Jadi salah satu kata kunci tadi adalah tentang lokalitas sebenarnya. Jadi gimana kita membangun satu kota dari pulau Kalimantan dulu dengan konsep revert logistik. Sesuatu yang seharusnya dibuang dikembalikan lagi ke pabriknya," tukasnya.
Baca Juga: Penerapan Konsep Ekonomi Sirkular di IKN Nusantara
Pada kesempatan yang sama, Anggota Bidang Pengembangan PS-PPI, BKTL-PII dan Akademisi Persampahan ITB, Emenda Sembiring mengatakan, salah satu sebaiknya diterapkan di IKN Nusantara, metode pengumpulan sampah menggunakan aplikasi.
Sistem ini seiring dengan konsep ekonomi sirkular yang kedepankan oleh pemerintah. Selain itu, cara ini juga sudah mulai banyak dipakai di kota-kota smart city.
"Sekarang kan sudah mulai banyak inisiatif dalam mengumpulkan sampah itu menggunakan aplikasi. Why not! Kita juga bisa menerapkan hal tersebut di sana," kata Emenda
Berikutnya yang patut dicoba di IKN Nusantara, tambahnya, adalah penerapan Internet of Thing (IoT) terkait material recovery facilities. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya interaksi antara individu sehingga dapat mencegah terjadinya resiko kesehatan.
Baca Juga: Berapa Lama Masa Berlaku SIM Internasional? Ternyata Berbeda dengan SIM yang Lain
"Jadi kita tidak lagi banyak menggunakan interaksi antara manusia dan tanpa sadar kalau resiko kesehatan itu kan terjadi kalau adanya interaksinya langsung," terangnya.
Selanjutnya, Emenda menyarankan agar juga menggunakan sensor untuk memisahkan antara berbagai jenis material. Sebab menurutnya, keberhasilan dalam pengolahan sampah itu tergantung pada upaya pemisahan dari sumber sejak awal.
"Karena kalau kita lihat rate keberhasilan dari pengelolaan sampah, kunci utamanya memang di pengumpulan dan pemisahan dari sumber. Karena sudah by design yakni dipisahkan dari sumber, maka sampah lebih mudah dipisahkan," tutupnya. ***