Contoh Naskah Khutbah Jumat Edisi Spesial Hari Ayah Nasional 12 November yang Penuh Hikmah dan Menambah Iman
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 10 November 2022 08:53 WIB
Ia bergembira tatkala melihat senyumanmu, ia begitu gelisah dan resah jika engkau menangis apalagi sakit. Ia tidak ingin engkau tersakiti sedikit pun. Hatinya akan teriris-iris jika mendengar tangisan sakitmu. Malam-malam ia lalui dengan begadang karena gelisah memikirkanmu, betapa sering matanya tak kuasa menahan aliran air mata karena kawatir akan kesehatanmu.
Tatkala engkau semakin besar, pandangannya kepadamu semakin penuh harapan. Semua keinginanmu dipenuhi, cita-citamu selalu ia perjuangkan. Ia bahagia dengan bahagianya dirimu, dan ayahmu sedih jika engkau bersedih.
Betapa banyak air matamu yang terhapus dengan pelukannya. Betapa banyak kegelisahan dalam hatimu yang ia hilangkan dengan belaiannya. Ia bekerja untukmu tak kenal lelah, keringat bercucuran dari peluhnya tidak ia pedulikan.
Hingga tatkala engkau menjadi seorang pemuda, jadilah dirimu adalah kebanggaannya. Engkau diceritakan di sana dan di sini, ia gembira dengan keberhasilanmu, ia bahagia melihat derap langkah kakimu.
Tahun-tahun berlalu, inilah hasil perjuangannya mendidikmu selama ini. Jerih payahnya yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan demi memperjuangkan kebahagiaanmu.
Betapa banyak kesedihan yang ia lalui tatkala mendidikmu, di mana engkau dahulu membangkangnya. Betapa banyak gelas-gelas air mata pilu yang harus diminumnya ketika engkau nakal dan melawannya. Memang ia pernah memarahimu, tapi itu semua karena rasa sayang kepadamu. Mungkin ia pernah menjewermu dan membentakmu, akan tetapi semua itu karena kawatir akan dirimu.
Ia melawan kerasnya kehidupan, bertarung mencari nafkah, semuanya demi kebahagiaanmu, demi untuk melihat senyumanmu. Betapa sering engkau memintanya untuk membelikan sesuatu, sementara engkau tidak tahu kondisinya yang begitu berat sedang ia hadapi, namun ia tidak mengutarakannya kepadamu. Engkau tidak peduli dengan dirinya, akan tetapi ia begitu memedulikanmu. Baginya yang penting kebutuhan sekolahmu, kebutuhan kuliah dan pendidikanmu terpenuhi. Ia tidak peduli meski harus berutang, ia tidak peduli meski harus dimaki dan dihina orang, semua itu demi dirimu.
Baca Juga: Motivasi: Daripada Sakit Hati Lebih Baik Sakit Gigi
Betapa sering ia bangun di tengah gelapnya malam untuk mendoakanmu, sementara engkau tidak tahu, engkau sedang tidur pulas dalam impianmu. Betapa sering air matanya mengalir memohon kepada Yang Kuasa seraya ia berkata, “Ya Rabb, yang penting anakku menjadi anak yang berhasil, yang menggapai cita-citanya…”, sementara engkau tidak tahu.
Lihatlah, ia harus keluar di pagi hari untuk bekerja demi membahagiakanmu. Ia harus pulang di malam hari dan tidak sempat istirahat. Ia bersafar menempuh jarak yang begitu jauh, rintangan dan bahaya ia lalui tanpa mengenal lelah, semuanya agar engkau bisa tersenyum, karena ia tak kuasa jika melihatmu sedih dan menangis.