Mengungkap Peran Islam dan Identitas Muslim Afrika dalam Sejarah Perbudakan Transatlantik

Daud Abdullah. Islam, Race and Rebellion in the Americas: Transatlantic Echoes of the West African Jihads. Penerbit: Hansib Publishers, Juni 2025. Tebal: 200 halaman.

ORBITINDONESIA.COM - Islam, Race and Rebellion in the Americas karya Dr Daud Abdullah adalah sebuah uraian historis yang menggugah dan mendalam mengenai peran Islam dan identitas Muslim Afrika dalam sejarah perbudakan Transatlantik dan pemberontakan di Dunia Baru.

Buku ini menantang narasi sejarah dominan yang seringkali menyederhanakan perbudakan sebagai fenomena ekonomi atau sekadar masalah ras, dengan menempatkan agama, tradisi intelektual, dan warisan jihad Afrika Barat sebagai kekuatan pendorong penting di balik berbagai pemberontakan dan perlawanan kaum budak di belahan Barat.

Perjalanan sejarah dibuka pada era abad ke-15 hingga ke-19, ketika jutaan orang Afrika dipaksa menyeberangi Atlantik dan dipaksa bekerja di perkebunan-perkebunan di Amerika dan Karibia. Sekitar satu sampai dua juta di antaranya adalah Muslim yang datang dari wilayah sepanjang pantai Guinea, Senegal, Gambia, hingga tepi barat Sudan.

Abdullah menunjukkan bahwa Muslim ini bukan sekadar korban yang pasif—mereka membawa tradisi intelektual Islam, literasi Arab, dan pengalaman spiritual yang kuat yang menjadi pondasi penting dalam membangun jaringan resistensi di Dunia Baru.

Warisan Jihad Afrika Barat Menembus Atlantik

Konsep inti buku ini adalah gagasan bahwa tradisi jihad dan reformasi Islam di Afrika Barat—yang mencakup gerakan-gerakan seperti yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Sheikh Usman dan Fodio—tidak hilang saat para Muslim diangkut sebagai budak ke Amerika. Tradisi itu, menurut Abdullah, justru menjadi motor semangat melawan penjajahan dan penindasan, memperkaya akar perlawanan yang kemudian muncul di banyak lokasi perkebunan budak.

Buku ini dibagi ke dalam enam bab utama yang masing-masing menyelesaikan fokus berbeda namun berkaitan erat secara naratif:

Abdullah membuka dengan menelusuri bagaimana reconquista di Iberia dan konflik panjang antara Muslim dan Kristen di Eropa dibawa ke Dunia Baru—bukan hanya sebagai konflik politik, tetapi sebagai kerangka pemaknaan yang terus memengaruhi hubungan rasial dan kolonialisme sejak awal penaklukan Amerika.

Ia membedah bagaimana justifikasi perbudakan di ranah Portugis dan Inggris berbeda—dengan Portugis menggunakan misi penyebaran Kristen sebagai pembenaran dan Inggris menolak pendidikan dan pembebasan kaum budak—yang membuka ruang bagi Muslim untuk mempertahankan tradisi mereka secara lebih tersembunyi namun signifikan.

Bab 3 menyoroti gerakan reformis Islam di Afrika Barat—bukan sekadar sebagai fenomena religius, tetapi sebagai bentuk pembentukan jama’a (komunitas) strategis yang mampu menyatukan kelompok berbeda melawan ketidakadilan, membangun ideologi dan jaringan solidaritas yang kemudian terbawa ke Amerika.

Pemberontakan Kaum Budak dan Faktor Muslim

Inilah inti naratif yang paling heroik: Abdullah menghadirkan cerita pemberontakan budak yang dipimpin atau dipengaruhi Muslim, seperti pemberontakan Wolof di Hispaniola (1521), revolusi Haiti, pemberontakan Jamaica (1831), hingga pemberontakan Bahia di Brasil (1835). Ia menggambarkan bagaimana literasi Arab, masjid, amulet dengan ayat Qur’an, dan jaringan keagamaan menjadi alat koordinasi sekaligus simbol perjuangan identitas.

Bab 5 menantang teori klasik tentang adaptasi kultur yang dikemukakan Ibnu Khaldun, dengan menunjukkan bukti bahwa para Muslim di Amerika tidak sekadar berasimilasi, tetapi mempertahankan warisan Islam mereka, bahkan ketika terpaksa dibaptis atau diserap ke dalam budaya dominan. Kisah nyata individu seperti Omar Ibn Said dan Ayuba Suleiman Ibrahim Diallo menegaskan keteguhan identitas Muslim tersebut.

Abdullah menutup dengan menelusuri bangkitnya kembali gerakan Islam dalam diaspora Afrika di Amerika, termasuk pengaruhnya terhadap Pan-Africanisme, Back-to-Africa movement, hingga gerakan seperti Nation of Islam dan tokoh seperti Malcolm X. Buku ini memadukan refleksi sejarah dengan pengalaman personal penulisnya saat berkecimpung di komunitas Muslim Amerika dan Karibia pada 1970-an.

Menggugat Narasi Konvensional tentang Budak

Salah satu sumbangan penting buku ini adalah penolakannya terhadap pembacaan dominan sejarah perbudakan yang hanya melihatnya sebagai ekonomi atau ras semata.

Abdullah menegaskan bahwa Islam bukan sekadar ritual atau budaya sisa diaspora, tetapi merupakan kekuatan intelektual dan politik yang memperkaya narasi perlawanan terhadap penindasan. Islam dianggap sebagai struktur referensi moral dan spiritual yang memberi makna terhadap gagasan kebebasan dan perlawanan.

Menurut Abdullah, kekuatan sejarah ini tidak mati setelah era perbudakan. Sebaliknya, inspirasi dan gagasan yang dibawa oleh Muslim Afrika dan keturunannya berkontribusi terhadap perkembangan Pan-Africanisme, pergerakan emansipatoris abad ke-20, serta bentuk-bentuk pembebasan yang menempatkan Islam sebagai salah satu faktor signifikan dalam wacana ras, identitas, dan kebebasan di dunia modern.

Islam, Race and Rebellion in the Americas adalah buku yang membuka jendela historiografi baru: sebuah narasi yang menghubungkan jejak jihad Afrika Barat dengan pemberontakan budak di Dunia Baru melalui lensa agama, ideologi, dan budaya.

Melampaui sekadar kronik kejadian, buku ini menyajikan kisah agen sejarah yang kuat, bukan hanya korban, dan menegaskan bahwa agama dapat menjadi dasar perlawanan struktural yang mengubah arah peristiwa sejarah di kedua sisi Samudra Atlantik.***