Muslimah dari Minahasa yang Merajut Toleransi Lewat Dekorasi Natal

Menjelang Natal, warna merah, hijau, dan emas mulai mengambil alih etalase toko-toko di Minahasa. Lampu kelap-kelip menyala lebih awal, sementara lonceng-lonceng kecil berdenting setiap kali pintu toko dibuka. Di tengah keramaian itu, sebuah lapak pernak-pernik Natal kerap dipadati pembeli, bukan hanya karena kelengkapan produknya, tetapi juga berkat sosok penjualnya yang piawai merangkai dekorasi Natal hingga menarik perhatian banyak orang.

Menariknya, dekorasi-dekorasi Natal itu dirangkai oleh Bu Lini, seorang perempuan Muslim yang telah lama menjual pernak-pernik Natal di Minahasa. Bagi Bu Lini, berdagang bukan hanya urusan musim dan keuntungan, tetapi juga tentang merawat relasi sosial dan saling menghormati. Prinsipnya sederhana: pembeli merasa senang dan dapat merayakan Natal dengan damai.

Menurut sejumlah pelanggan, keistimewaan toko Bu Lini tidak hanya terletak pada kelengkapan barang, tetapi juga pada keahliannya merangkai dan memilih dekorasi. Meski seorang Muslimah, Bu Lini dikenal sangat memahami detail aksesoris Natal, mulai dari perpaduan warna, penempatan ornamen, hingga jenis lampu yang cocok untuk suasana tertentu. “Bu Lini tahu persis mana dekorasi yang bikin ruangan terasa hangat dan rapi. Bahkan kadang lebih paham dari kami yang merayakan Natal,” ujar salah satu pelanggan tetapnya.

Keahlian itu bukan datang secara instan. Bu Lini mempelajarinya dari tahun ke tahun, dari interaksi dengan pembeli, dari mengamati tren dekorasi, dan dari kesediaannya untuk menghargai tradisi yang berbeda dengan keyakinannya. Ia tahu kapan lampu harus dinyalakan, bagaimana ornamen dipasang agar tampak seimbang, serta dekorasi mana yang paling diminati menjelang malam Natal.

Lapak Bu Lini menjual beragam aksesoris Natal, dari yang sederhana hingga dekorasi berukuran besar. Bola-bola Natal berkilau, pita pohon Natal, lampu LED warna-warni, hingga ornamen gantung berbentuk bintang dan lonceng yang tersusun rapi. Harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau, mulai dari sekitar Rp20.000 untuk aksesoris kecil, hingga sekitar Rp1,5 juta untuk paket dekorasi atau ornamen berukuran besar. Rentang harga ini membuat tokonya bisa diakses berbagai kalangan, dari keluarga yang ingin menghias rumah secara sederhana, hingga gereja atau komunitas yang membutuhkan dekorasi lebih lengkap.

Namun lebih dari sekadar barang, membeli pernak-pernik Natal di toko Bu Lini berarti membawa pulang cerita tentang toleransi yang hidup secara nyata. Di sini, perdagangan menjadi ruang perjumpaan lintas iman yang berjalan alami, tanpa slogan, tanpa panggung besar. Hanya kepercayaan, saling menghormati, dan niat baik yang terjaga dari tahun ke tahun.

Di tengah perayaan yang kerap identik dengan kemeriahan, kisah Bu Lini mengingatkan bahwa Natal juga bisa dimaknai lewat tindakan-tindakan sederhana. Toleransi hadir dalam sikap saling menghormati, dalam kesungguhan bekerja melayani siapa pun tanpa melihat perbedaan, serta dalam kepercayaan bahwa ruang hidup bersama dapat dijaga melalui empati dan niat baik. Di lapaknya, perbedaan tidak diperdebatkan, melainkan diterima sebagai bagian dari kehidupan bersama.