Pasukan Israel Menahan Santa Claus dalam Penggerebekan Perayaan Natal Palestina

ORBITINDONESIA.COM - Polisi Israel menangkap seorang pria Palestina yang berpakaian seperti Santa Claus selama penggerebekan perayaan Natal di Haifa awal pekan ini, kata sebuah kelompok hak asasi manusia setempat.

Polisi membubarkan secara paksa perayaan yang diadakan oleh warga Kristen Palestina di Israel di lingkungan Wadi Nisnas pada hari Minggu, 21 Desember 2025, dan menyita peralatan dari acara tersebut.

Menurut Mossawa Centre, sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak warga Palestina di Israel, polisi menggunakan kekerasan berlebihan saat menahan pria yang berpakaian seperti Santa Claus, serta seorang DJ dan seorang pedagang kaki lima.

Ketiganya dibebaskan pada hari Senin, 22 Desember 2025, tetapi diperkirakan akan dipanggil ke pengadilan lagi.

Mossawa mengatakan polisi juga menggerebek sebuah institut musik tanpa izin resmi.

Rekaman yang dibagikan secara online menunjukkan petugas polisi Israel menyeret pria yang berpakaian seperti Santa Claus dari tempat kejadian.

Video lain tampaknya menunjukkan polisi menghentikan tarian dabke tradisional yang sedang dilakukan di jalan.

Polisi Israel mengatakan mereka menanggapi "kebisingan yang tidak biasa dan gangguan ketertiban umum".

Para tahanan mengatakan kepada Mossawa bahwa mereka diserang selama penangkapan mereka. Salah satu dari mereka mengalami cedera bahu dan mencari perawatan medis setelah dibebaskan.

Dalam sebuah pernyataan, polisi menuduh bahwa pria yang berpakaian seperti Santa Claus melawan penangkapan dan menyerang serta menghina seorang petugas secara verbal.

Peningkatan kejahatan anti-Kristen

Penangkapan ini terjadi di tengah meningkatnya pelecehan dan pembatasan terhadap umat Kristen Palestina di Israel dan wilayah pendudukan.

Kejahatan kebencian anti-Kristen yang dilakukan oleh warga Yahudi Israel ultra-nasionalis telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Ini termasuk memasuki gereja-gereja di Yerusalem Timur dan Tepi Barat yang diduduki, meludahi jemaat gereja, penghancuran simbol-simbol Kristen, dan vandalisme terhadap makam-makam Kristen.

Di Jalur Gaza, minoritas Kristen yang kecil telah menjadi sasaran pemboman Israel yang menargetkan rumah, sekolah, dan gereja sejak Oktober 2023.

Tiga gereja bersejarah—Gereja Santo Porphyrius, Gereja Keluarga Kudus, dan Gereja Baptis Gaza—telah mengalami kerusakan parah.

Setidaknya 53 orang Kristen telah tewas secara langsung atau tidak langsung selama perang, dengan banyak lainnya terluka.***