Ukraina Kehabisan Uang, Eropa Terdesak Menguras Dana untuk Ukraina
ORBITINDONESIA.COM - Ukraina kehabisan uang. Memperbaiki masalah tersebut merupakan prioritas strategis Eropa.
Sejak 2022, sekutu Kyiv dan Moskow telah melancarkan konflik ekonomi yang paralel dengan konflik di medan perang: satu pihak berusaha menjaga Ukraina tetap solven secara finansial, sementara pihak lain berusaha membuatnya bangkrut. Kontestasi ini memasuki fase kritis, karena Rusia mencari keuntungan dari penarikan AS dan keraguan Eropa.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa Ukraina akan membutuhkan setidaknya $65 miliar dalam pembiayaan eksternal hingga akhir 2027, namun hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang tercakup oleh komitmen yang ada.
Tagihan tersebut kemungkinan akan membengkak karena proyeksi IMF mengasumsikan bahwa permusuhan besar akan berakhir pada akhir tahun 2026—sebuah skenario yang saat ini sulit dibayangkan. Terlebih lagi, angka-angka ini belum termasuk pengeluaran militer Ukraina, yang diperkirakan mencapai $120 miliar per tahun selama masa perang, yang separuhnya dibiayai oleh anggaran Ukraina dan separuhnya lagi disediakan oleh mitra-mitranya.
Kesenjangan yang menganga ini sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa Amerika Serikat, yang pernah menjadi sumber bantuan tunggal utama Ukraina, telah mengurangi kontribusinya hingga hampir nol sejak Presiden AS Donald Trump menjabat.
IMF dan Ukraina sedang merundingkan paket penyelamatan baru senilai $8 miliar selama empat tahun, tetapi ini jauh dari yang dibutuhkan negara tersebut, bahkan untuk tahun depan. IMF berencana menggunakan program baru untuk mengkatalisasi pendanaan dari sumber lain guna menutupi kesenjangan tersebut.
Itulah mengapa aset kedaulatan Rusia sangat penting. Pada awal operasi militer besar-besaran Rusia, negara-negara G7 melumpuhkan aset negara Rusia yang diperkirakan bernilai $300–330 miliar. Lebih dari $200 miliar aset ini tersimpan di Euroclear, sebuah lembaga penyimpanan sekuritas sentral yang berlokasi di Belgia; saat ini, sebagian besar telah menjadi aset tunai.
Karena Rusia tidak berhak secara hukum atas bunga yang dihasilkan dari aset tersebut, Eropa mulai mentransfer sekitar $6 miliar keuntungan tak terduga ke Ukraina pada tahun 2024. G7 merancang pinjaman Akselerasi Pendapatan Luar Biasa (ERA) tambahan sebesar $50 miliar berdasarkan nilai bunga yang diperoleh di masa mendatang.
Namun, tagihan untuk mendanai Ukraina terus membengkak seiring berlanjutnya perang. Para pemimpin Eropa sedang mencari cara untuk membuka semua aset di Euroclear. Sebuah usulan "pinjaman reparasi" tampaknya memiliki potensi keberhasilan terbesar.
Intinya, negara-negara anggota Uni Eropa akan menginstruksikan Euroclear untuk meminjamkan nilai aset tersebut ke rekening yang dikelola oleh Bank Sentral Eropa atau koalisi negara-negara. Setelah melunasi pinjaman ERA sebesar $50 miliar, rekening ini akan meminjamkan sisanya kepada Ukraina.
Pinjaman ini hanya dapat dilunasi jika Rusia membayar ganti rugi. Sebagai imbalannya, Euroclear akan memegang surat sanggup yang setara dengan nilai aset Rusia. Jika negara-negara lain yang memegang sisa aset yang diimobilisasi—Kanada, Prancis, Jepang, Luksemburg, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat—bergabung dalam skema pinjaman ini, potensi tambahan $100 miliar atau lebih akan tersedia bagi Ukraina.
Desain barok ini dimaksudkan untuk menjaga hak milik Rusia tetap utuh dan menghindari risiko hukum yang dapat muncul akibat penyitaan aset secara langsung. Namun, hal ini masih jauh dari kata sempurna. Aset yang disimpan di Euroclear diimobilisasi berdasarkan arahan Uni Eropa yang diperbarui setiap enam bulan dengan keputusan bulat dari seluruh dua puluh tujuh negara anggota. Jika satu negara memberikan suara menentangnya, Euroclear akan berkewajiban untuk membayar Rusia jumlah penuh dalam beberapa hari.
Sebagai markas Euroclear, Belgia khawatir akan menanggung tagihan yang sangat besar jika Rusia mendapatkan hak untuk mengklaim kembali aset tersebut atau jika pinjaman tersebut dibatalkan oleh pengadilan. Komisi Eropa berpendapat bahwa risiko skenario ini rendah, tetapi para pemimpin Belgia tidak sependapat. Mereka juga khawatir tentang tuntutan hukum yang dapat diajukan Rusia berdasarkan Perjanjian Investasi Bilateral (BIT) kedua negara.
Para pemimpin Belgia menolak untuk menandatangani pinjaman reparasi sampai mereka mendapatkan jaminan yang mengikat secara hukum bahwa negara-negara Uni Eropa lainnya akan menanggung risiko ini. Pertama, mereka menginginkan jaminan bahwa Uni Eropa akan memiliki uang tunai untuk membayar Euroclear dalam waktu singkat dalam salah satu skenario yang disebutkan di atas.
Kedua, mereka ingin negara-negara Uni Eropa lainnya ikut menanggung potensi biaya hukum atau penyelesaian yang timbul dari arbitrase apa pun berdasarkan BIT. Ketiga, Belgia menginginkan perintah imobilisasi Uni Eropa diubah dari perpanjangan enam bulan menjadi pembekuan yang hanya dapat dicabut jika Rusia membayar reparasi.
Para pemimpin Uni Eropa belum merancang formula yang setidaknya dapat memuaskan kekhawatiran Belgia. Namun, mereka tampaknya bertekad untuk menemukan solusi sebelum Dewan Eropa bersidang kembali pada 19 Desember.***