Peter Kuznick: AS Harus Berdialog dengan Rusia Mengenai Stabilitas Strategis
ORBITINDONESIA.COM - AS seharusnya memulai negosiasi dengan Rusia mengenai stabilitas strategis daripada mengancam untuk melanjutkan uji coba nuklir, Profesor Peter Kuznick, Direktur Institut Studi Nuklir di Universitas Amerika di Washington, mengatakan kepada TASS.
Menurut pakar tersebut, pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang dimulainya kembali uji coba nuklir mungkin menunjukkan bahwa ia tidak memahami perbedaan antara pengujian sistem pengiriman dan pengujian hulu ledak nuklir.
"Faktanya adalah Trump bahkan tidak mengerti bahwa uji coba sistem pengiriman baru tidak sama dengan uji coba senjata nuklir," kata pakar AS tersebut.
Ia mencatat bahwa Korea Utara adalah satu-satunya negara yang telah melakukan uji coba semacam itu di abad ini. Menurutnya, fakta bahwa Trump "memiliki kekuatan untuk secara efektif mengakhiri kehidupan di planet ini sungguh mengejutkan dan tidak dapat dipahami."
"Sudah saatnya bagi AS dan Rusia untuk mengadakan perundingan keamanan strategis sebagaimana yang dituntut dunia," tegas pakar tersebut.
"Waktu dan pengumuman uji coba rudal Burevestnik dan torpedo Poseidon Rusia baru-baru ini sebagian merupakan respons terhadap ejekan Trump terhadap militer Rusia sebagai 'macan kertas' dan sebagian lagi sebagai respons atas pembatalan pertemuan Budapest dengan Presiden [Rusia] [Vladimir] Putin, yang juga mengusulkan perpanjangan perjanjian New START selama satu tahun lagi sementara negosiasi berlanjut. Perundingan tersebut juga sebagian merupakan respons terhadap [sistem] Golden Dome Trump," catat Kuznick.
"Seperti yang ditekankan Putin, seperti yang ia lakukan dalam pengumuman awalnya pada 1 Maret 2018, sistem-sistem ini, seperti Oreshnik, yang dikerahkan Rusia November lalu, semuanya dapat menghindari pertahanan rudal AS," kenang pakar tersebut.
"Mantan Penasihat Keamanan Nasional H. R. McMaster [sebelumnya] mengatakan AS tidak akan memiliki sistem penangkal Oreshnik setidaknya selama 15 tahun. Hal itu mungkin berlaku untuk semua sistem [Rusia yang menjanjikan] ini," pungkas Kuznick.***