The Changcuters Sambut Tantangan Eksplorasi Koplo di Festival Kopling 2025

ORBITINDONESIA.COM - Grup musik The Changcuters menyambut tantangan unik untuk mengeksplorasi genre koplo dalam musik mereka di Festival Koplo Keliling (Kopling) 2025.

"Sebenarnya melihat fenomena per-koplo-an itu kan sangat besar banget di Indonesia. Nah, ketika ini yang ditawarin, tentu ini menjadi menarik karena sejujurnya merupakan salah satu 'challenge' yang belum pernah kami lakuin," kata manajer sekaligus bassis The Changcuters Dipa Nandastyra kepada ANTARA di Gedung SMESCO Jakarta, Kamis, 9 Oktober 2025.

Menurut Dipa, perpaduan genre musik mereka yaitu rock dengan koplo bisa menjadi formula yang menarik dan mencerminkan kekayaan musik Tanah Air.

"Ya, mungkin aja ini jadi sesuatu, karena ini menurut saya Indonesia banget, ya, kami coba. Walaupun ini belum terpikir bagaimana, tapi kami akan mencoba," kata Dipa.

Meskipun konsep aransemen pastinya masih dalam tahap pemikiran, Dipa memastikan bahwa The Changcuters akan berupaya maksimal untuk memberikan sentuhan unik yang menggabungkan kedua genre tersebut.

Ia mengaku siap berkreasi mencari inspirasi baru untuk penampilan mereka.

Apabila inspirasi tidak sepenuhnya didapat, Dipa berkelakar, ia dan bandnya masih bisa tetap menghidupkan panggung dan membuat penonton festival tersebut untuk ikut bergoyang.

"Kalau enggak dapat (inspirasi) ya The Changcuters kan lagunya bergoyang juga, kan? Tapi, kami pasti mencoba (menerima tantangan bermusik koplo)," kata Dipa.

Festival Kopling 2025 akan digelar di Jakarta (Gambir Expo, 8-9 November) dan Bogor (Stadion Pakansari, 22-23 November 2025).

Beragam penyanyi dan grup musik ternama di dalam negeri seperti Danilla Riyadi, Aldi Taher, Drive, Mario dan Marco Silitonga, The Changcuters, Starbee hingga For Revenge turut menjadi penampil hiburan pada acara tersebut.

Program Director Kopling 2025 Jahja Immanuel Rianto (Opa Jahja) mengatakan pihaknya berusaha untuk mendesain festival agar mendorong artis untuk berinovasi dan bereksperimen dengan musik koplo, sambil tetap menghormati keunikan dari setiap karya masing-masing.

"Misalkan, kami sampaikan rencana untuk menggunakan treatment gimik tertentu, seperti transisi antarlagu atau goyangan (tarian) agar bisa diterima dengan koplo," kata Jahja

Jahja menambahkan, musisi diberikan kebebasan untuk berinovasi sambil tetap mempertahankan ciri khas dan identitas dari musik asli mereka.***