Kepala PCO, Hasan Nasbi: Presiden Prabowo Akan Berpidato pada Hari Pertama Sidang Umum PBB

ORBITINDONESIA.COM - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menyebutkan, Presiden Prabowo Subianto akan berpidato pada hari pertama Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA) yang ke-80 di Markas PBB New York, Amerika Serikat, pada 23 September 2025.

Terkait materi pidatonya, Hasan Nasbi menyebut PCO belum dapat memberikan keterangan apa-apa, dan mengajak masyarakat untuk menyimak langsung saat Presiden hadir langsung dan berpidato di Markas PBB.

"Presiden nanti dijadwalkan pidato di hari pertama, dan urutan ketiga pada tanggal 23 September," kata Hasan Nasbi menjawab pertanyaan wartawan saat dia ditemui di Kantor PCO, Jakarta, Selasa, 26 Agustus 2025 malam.

Presiden Prabowo, jika nantinya terbang ke New York, September, akan menjadi Presiden RI pertama yang kembali berpidato dalam Sidang Majelis Umum PBB di Markas PBB, New York, AS, dalam 10 tahun terakhir.

Presiden Ke-7 Joko Widodo, dalam 10 tahun kepemimpinannya, memilih tidak menghadiri secara langsung Sidang Majelis Umum PBB, dan mendelegasikan menteri luar negeri saat itu, Retno L. P. Marsudi, untuk berpidato mewakili Indonesia.

Dalam Sidang Majelis Umum Ke-80 PBB pada September mendatang itu, Presiden Prabowo dijadwalkan berpidato pada urutan ketiga setelah Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva, dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dino Patti Djalal, eks wakil menteri luar negeri dan eks duta besar RI untuk Amerika Serikat, kepada wartawan di Jakarta, Senin (25/8), menilai urutan ketiga yang diberikan kepada Indonesia dalam sesi pidato saat Sidang Majelis Umum PBB itu memiliki bobot diplomatik yang signifikan.

"Pertama, konteks bobot diplomatiknya, ini belum pernah terjadi, Presiden Indonesia bicara nomor 3. Kalau nomor 1 pasti Amerika, nggak bisa diubah. Nomor 2-nya pasti Brazil, karena itu udah deal-nya. Jadi siapa setelah itu, tahu-tahu Indonesia. Ini suatu hal yang luar biasa, kehormatan yang luar biasa," kata Dino Patti Djalal.

Dia kemudian meyakini pidato Presiden Prabowo itu dinanti-nantikan oleh negara-negara anggota PBB lainnya, karena Indonesia, yang menganut posisi bebas aktif dan non-blok, dekat dengan negara-negara Barat, tetapi juga menjadi bagian dari Global South, dan juga dekat dengan negara-negara Timur.

"Kita kan kakinya di mana-mana. Jadi, apa yang disampaikan Presiden Prabowo nanti akan banyak dilihat orang, apalagi sekarang ini kan kita lihat antara Barat dan BRICS, antara Amerika dan Tiongkok, Indo-Pasifik sekarang lagi banyak guncangan, multilateralisme sedang lemah sekali. Amerika keluar dari berbagai badan multilateral itu membuat multilateralisme underperform," ujar Dino Patti Djalal.

Oleh karena itu, dia pun berharap Presiden Prabowo dapat memberi masukan kepada negara-negara anggota PBB mengenai tatanan dunia ke depan, dan penekanan terhadap multilateralisme. "Saya kira pidato Beliau di PBB nanti akan sangat diperhatikan orang, dan mempunyai nilai strategis yang besar," kata Dino.

Sidang Majelis Umum Ke-80 PBB dibuka pada 9 September 2025, dan berlangsung hampir sebulan. Dua bulan sejak acara pembukaan, sesi Debat Umum Tingkat Tinggi, yang merupakan rangkaian Sidang Majelis Umum Ke-80, digelar pada 23 September 2025. Dalam sesi debat tingkat tinggi itu, pemimpin-pemimpin negara anggota secara bergantian berpidato di General Assembly Hall, Markas PBB New York.

Sesi debat itu berlangsung pada 23 September 2025 sampai dengan 27 September 2029, dan berlanjut pada 29 September 2029. Rangkaian Sidang Majelis Umum Ke-80 PBB berlangsung hingga 30 September dengan agenda terakhir Konferensi Tingkat Tinggi tentang Situasi yang dialami Muslim Rohingya dan Minoritas Lainnya di Myanmar.***