Kasus Sri Lanka: Jebakan Utang China Cuma Mitos yang Digemborkan Negara Barat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 16 Juli 2022 02:46 WIB
Persyaratan yang berat dan pendapatan yang lemah akhirnya mendorong Sri Lanka ke default, di mana Beijing menuntut pelabuhan sebagai jaminan, dan memaksa pemerintah Sri Lanka untuk menyerahkan kendali kepada perusahaan China.
Pemerintahan AS di bawah Donald Trump memanfaatkan kasus pelabuhan Hambantota, untuk memperingatkan penggunaan utang strategis China.
Pada 2018, mantan Wakil Presiden AS Mike Pence menyebutnya “diplomasi jebakan utang”—sebuah ungkapan yang ia gunakan selama hari-hari terakhir pemerintahan—dan bukti ambisi militer China .
Baca Juga: Swasembada Makanan Murah dan Sehat
Mantan Jaksa Agung AS, William Barr, juga mengangkat kasus tersebut untuk menyatakan bahwa China “membebani negara-negara miskin dengan utang, menolak untuk menegosiasikan kembali persyaratan, dan kemudian mengambil kendali atas infrastruktur itu sendiri.”
Mitos “perangkap utang China” itu mengemuka lagi, 15 Juli 2022, karena kasus bangkrutnya ekonomi Sri Lanka. Mitos ini tampaknya juga rutin dimainkan di media sosial oleh kubu oposisi untuk mengganggu pemerintah di negara tertentu, termasuk di Indonesia. ***