Arief Rosadi: Transisi Energi ASEAN Masih Terganjal Tiadanya Target Konkret dan Birokrasi yang Rumit
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 09 Juli 2025 02:52 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Upaya Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN untuk bertransisi menuju energi bersih dinilai menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait ketiadaan target konkret dan proses birokrasi yang rumit.
Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi Institute for Essential Services Reform (IESR) Arief Rosadi mengatakan, ASEAN sebenarnya telah menetapkan target aspirasional untuk meningkatkan energi terbarukan hingga 23 persen dalam total pasokan energi primernya pada 2025.
Target ini merupakan bagian dari Rencana Aksi ASEAN untuk Kerja Sama Energi (APAEC) 2021-2025. “Namun, (target ini) tidak ada pembagiannya secara spesifik. Misalnya Indonesia harus mencapai berapa persen, Vietnam berapa persen, Thailand berapa persen. Jadi sifatnya masih sangat loose,” katanya di Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025.
Baca Juga: Indonesia dan Kanada Komitmen Dorong Transisi Energi Berkelanjutan dan Peningkatan SDM
Ia mencontohkan Vietnam, dengan pembangunan pembangkit energi terbarukan yang agresif mencapai 18-24 gigawatt dalam beberapa tahun terakhir, bisa saja membuat target regional terpenuhi. Namun, ia mempertanyakan bagaimana dengan negara-negara ASEAN lainnya, mengingat kemajuan transisi energi antarnegara sangat bervariasi.
Arief lebih lanjut menjelaskan, meskipun ASEAN secara rutin mengeluarkan ASEAN Joint Statement to Climate Change Conference (COP), pernyataan bersama ini seringkali bersifat normatif.
Ia menambahkan, ASEAN tidak memiliki target bersama, bukan bagian dari blok negosiasi yang kuat, dan posisinya di perundingan perubahan iklim global seringkali kurang signifikan.
Baca Juga: Seiring Transisi Industri Otomotif, Chery Berambisi Jadi Merek Mobil Hybrid Nomor Satu Dunia
Menurutnya, tantangan lain adalah prinsip non-interference yang sangat ditekankan oleh ASEAN. Prinsip ini membuat negara anggota sangat berhati-hati untuk tidak mendikte negara lain, sehingga aspek menjadi pertimbangan dalam mendorong transisi energi di kawasan.
ASEAN telah menyepakati Rencana Aksi ASEAN untuk Kerja Sama Energi (APAEC) 2021-2025, sebuah cetak biru kerja sama energi di kawasan. Fokus utamanya adalah transisi menuju energi yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan.
APAEC ini diwujudkan melalui tujuh program utama: Jaringan Listrik ASEAN (ASEAN Power Grid), Pipa Gas Trans-ASEAN, Teknologi Batu Bara Bersih, Efisiensi dan Konservasi Energi, Energi Terbarukan, Kebijakan dan Perencanaan Energi Regional, serta Energi Nuklir Sipil.
Baca Juga: Vale Indonesia Perkuat Kolaborasi Media untuk Pertambangan Berkelanjutan dan Transisi Energi Hijau
“Jadi memang untuk saat ini kalau misalnya melihat struktur perencanaan energi regional itu masih jauh untuk berkomitmen terhadap transisi energi,” kata Arief.
“Namun, perlu dilihat juga ini kan struktur yang dibangun dengan asumsi pada lima tahun yang lalu. Pertanyaannya adalah apakah di tahun ini akan berubah?” pungkasnya.***