DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2026 Pertimbangkan Kinerja Ekspor

image
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kedua dari kanan) dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 3 Juli 2025. ANTARA/Bayu Saputra

ORBITINDONESIA.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2026 di kisaran 4,7-5,5 persen mempertimbangkan risiko pelambatan ekonomi global yang berdampak pada turunnya kinerja ekspor barang dan jasa.

Meski proyeksi bank sentral lebih konservatif dibandingkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Bank Indonesia meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mengarah pada titik tengah di angka 5,1 persen, bahkan mencapai 5,2 persen seperti baseline Kemenkeu, dengan berbagai syarat.

“Kami memandang bahwa pertumbuhan akan bisa diangkat ke tingkat yang lebih tinggi dalam kisaran perkiraan tersebut, sejumlah langkah perlu ditempuh termasuk juga implementasi program Asta Cita yang digariskan pemerintah,” kata Perry dalam Rapat Kerja (Raker) Bank Indonesia bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis malam, 3 Juli 2025.

Baca Juga: Bank Indonesia: Utang Luar Negeri Turun Jadi 427,2 Miliar Dolar AS di Februari 2025

Langkah pertama, perlunya kebijakan untuk semakin mendorong kinerja ekspor sebagai pertumbuhan ekonomi. Hal ini, ujar Perry, dapat ditempuh baik melalui perundingan tarif dengan Amerika Serikat (AS) maupun peningkatan dan perluasan kerja sama perdagangan dengan mitra dagang utama termasuk Tiongkok, ASEAN dan India.

Kedua, mengakselerasi implementasi kebijakan reformasi struktural untuk meningkatkan investasi dan produktivitas bagi pertumbuhan ekonomi.

“Sejumlah kebijakan dimaksud termasuk perbaikan iklim investasi dan iklim usaha, akselerasi hilirisasi pertambangan, pertanian dan sumber daya alam lainnya, serta peningkatan pendidikan, kewirausahaan serta riset dan inovasi,” kata Perry.

Baca Juga: Bank Indonesia dan Pemkot Manado, Sulawesi Utara Percepat Digitalisasi Daerah

Ketiga, kebijakan untuk meningkatkan permintaan domestik baik dari konsumsi maupun investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Hal ini dapat ditempuh melalui stimulus kebijakan fiskal, program sosial, Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih, maupun alokasi anggaran untuk belanja modal dan program prioritas lainnya.

Terakhir atau keempat, mengakselerasi digitalisasi ekonomi keuangan untuk mendorong efisiensi dan produktivitas pertumbuhan ekonomi maupun peningkatan inklusi ekonomi bagi kesejahteraan rakyat.

Baca Juga: Bank Indonesia NTT dan TNI AL Melepas Tim Ekpedisi Rupiah Berdaulat ke Daerah 3T

Perry juga menyampaikan komitmen Bank Indonesia untuk bersinergi dengan pemerintah tidak hanya menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi kita dari dampak global tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Bank Indonesia all out untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena satu, kita turunkan suku bunga dua kali, kami akan turunkan lagi. Likuiditas kami tambah, beli SBN Rp130 triliun, insentif likuiditas kami tambah bahkan sudah Rp80 triliun, dan digitalisasi sistem pembayaran. Kami lakukan itu supaya pertumbuhannya bisa mengarah tidak hanya titik tengah 5,1 persen, kalau bisa ke 5,2 persen,” kata Perry.

BI, Kemenkeu dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyampaikan pandangan yang berbeda mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam pembahasan asumsi dasar ekonomi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2026.

Baca Juga: KPK Dalami Tiga Pejabat Bank Indonesia tentang Rapat Panyaluran Dana CSR

BI memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 4,7-5,5 persen pada 2026. Sementara proyeksi Kemenkeu yakni kisaran 5,2-5,8 persen dan Kementerian PPN/Bappenas 5,8-6,3 persen untuk tahun depan.***

Halaman:

Berita Terkait