DECEMBER 9, 2022
Internasional

Universitas Erasmus Rotterdam di Belanda Bekukan Kerja Sama dengan 3 Universitas Israel

image
Kampus Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Universitas Erasmus Rotterdam (EUR) di Belanda, Kamis, 5 Juni 2025, mengumumkan bahwa mereka membekukan kerja sama di seluruh institusi dengan tiga universitas Israel.

"Universitas Erasmus Rotterdam (EUR) segera membekukan kerja samanya dengan Universitas Bar-Ilan, Universitas Ibrani Yerusalem, dan Universitas Haifa," katanya dalam sebuah pernyataan.

Bergantung pada saran dari Komite Penasihat Independen tentang Kerja Sama Sensitif (ACGS), keputusan tersebut akan menangguhkan program yang ada dan tidak akan mengizinkan dimulainya kerja sama penelitian baru.

Baca Juga: Pertunjukan Tari Keturunan di Erasmus Huis Gambarkan Peleburan Budaya Belanda-Indonesia

"Kerja sama internasional kami didasarkan pada kebebasan akademis dan diplomasi ilmiah. Namun, kebebasan itu memiliki batasan ketika hak asasi manusia yang mendasar dipertaruhkan," kata presiden dewan eksekutif Annelien Bredenoord.

"Berdasarkan penyelidikan komite, kami menganggap risiko keterlibatan tidak langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia terlalu tinggi," tambahnya.

Kolaborasi dengan ketiga universitas tersebut ditangguhkan karena "risiko signifikan" Bar-Ilan untuk terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan hubungan dua sekolah lainnya dengan militer Israel (IDF), berdasarkan penyelidikan komite.

Baca Juga: Band Rock Indie Asal Belanda dan Belgia, Loupe Gelar Konser Perdana di Erasmus Huis, Jakarta

"Untuk mempertimbangkan kolaborasi kelembagaan di masa mendatang dengan Universitas Ibrani Yerusalem dan Universitas Haifa, Dewan Eksekutif mewajibkan universitas-universitas ini untuk secara nyata menjauhkan diri dari keterlibatan dalam pelanggaran hak asasi manusia, khususnya terkait aktivitas penelitian di wilayah pendudukan dan kerja sama dengan IDF," katanya.

Mengakui bahwa keputusan tersebut akan memicu berbagai reaksi, dewan eksekutif menyatakan solidaritas dengan mereka yang terkena dampak perang di Jalur Gaza.

"Kami melihat bahwa mahasiswa dan staf, baik yang berlatar belakang Yahudi/Israel maupun gerakan pro-Palestina, terkadang tidak lagi merasa aman untuk menyuarakan pendapat. Itu sangat memengaruhi kami," kata dewan eksekutif itu.

Baca Juga: Belanda Kecam Keras Sanksi AS pada Hakim ICC yang Adili Gugatan Terhadap Israel

"Kami tetap berkomitmen pada kampus yang aman dan terhormat di mana ada ruang untuk dialog, pendapat yang berbeda, dan rasa saling menghormati, menyadari bahwa ketidakamanan yang dirasakan tidak selalu dapat dikendalikan sepenuhnya," tambahnya.***

Berita Terkait