DECEMBER 9, 2022
Internasional

Polisi China Daratan Buru 20 Tersangka dalam Serangan Siber oleh Organisasi Taiwan

image
Ilustrasi serangan siber (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Kepolisian Kota Guangzhou di China selatan pada Kamis, 5 Juni 2025 memasukkan 20 tersangka ke dalam daftar buronan, dengan tuduhan terlibat dalam serangan siber yang dilancarkan oleh organisasi yang terkait dengan otoritas Partai Progresif Demokratik (Democratic Progressive Party/DPP) Taiwan.

Polisi China menawarkan imbalan sebesar 10.000 yuan (1 yuan = Rp2.267) atau sekitar 1.390 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.305) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan masing-masing tersangka, demikian menurut pengumuman yang dikeluarkan oleh Biro Keamanan Publik Distrik Tianhe Guangzhou.

Pengumuman China tersebut juga memaparkan rincian serangan siber yang dilakukan oleh "Komando Pasukan Informasi, Komunikasi, dan Elektronik (Information, Communications and Electronic Force Command/ICEFCOM)" Taiwan.

Baca Juga: Menhan Sjafrie Sjamsoeddin Jelaskan: TNI Memiliki Satuan Siber, Bukan Matra Siber

ICEFCOM memberi perintah dan melakukan serangan siber ilegal serta diduga terlibat dalam sejumlah tindak pidana, menurut pihak kepolisian.

Secara terpisah, laporan penelitian yang dirilis bersama oleh tiga entitas keamanan siber yang dipimpin oleh Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China mengungkap sejarah, struktur organisasi, personel, tempat kerja, tugas, dan serangan siber tipikal organisasi tersebut.

ICEFCOM didirikan dengan dukungan militer Amerika Serikat (AS) setelah Tsai Ing-wen menjabat sebagai pemimpin Taiwan. Tugasnya meliputi peluncuran serangan siber dan operasi infiltrasi terhadap target di China Daratan, Hong Kong, dan Makau untuk mencuri data sensitif dan informasi penting.

Baca Juga: Sejumlah Kata Sandi Menhan AS Pete Hegseth Bocor ke Internet dalam Serangan Siber

Organisasi itu ditemukan menjalin kerja sama dengan kekuatan anti-China di Amerika Serikat untuk melakukan perang opini publik dan perang kognitif, serta diam-diam merencanakan "revolusi warna" dalam upaya mengganggu ketertiban sosial, menciptakan ketegangan etnis, memperbesar konflik sosial, dan menghalangi reunifikasi nasional.

Penyelidikan polisi menunjukkan organisasi tersebut menyamar sebagai beberapa kelompok peretas yang berbeda dalam beberapa tahun terakhir untuk melancarkan ribuan serangan siber berskala besar terhadap sistem jaringan lembaga-lembaga utama di sejumlah sektor strategis di China Daratan, Hong Kong, dan Makau, termasuk sektor industri pertahanan, penerbangan, kedirgantaraan, energi, transportasi, urusan maritim, serta penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi. Baik departemen maupun perusahaan pemerintah menjadi sasaran.

Ketika gagal menembus sistem target atau mencuri informasi berguna, para peretas akan secara sengaja merusak sistem target serta mengganggu operasi produksi dan bisnis normal perusahaan.

Baca Juga: Listyo Sigit Prabowo: Masyarakat Perlu Waspadai Kejahatan Siber Love Scamming dengan Kedok Mencari Cinta

Serangan siber ICEFCOM telah mengekspos informasi sumber yang signifikan, sehingga memudahkan upaya pelacakan dan memfasilitasi identifikasi para penyerang dengan cepat, kata para ahli teknis.***

Sumber: Xinhua

Berita Terkait