Houthi Yaman Gempur Bandara Ben Gurion di Israel, Cegah Pesawat Militer AS Mendarat
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 04 Juni 2025 10:31 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Gerakan Houthi Yaman telah mengumumkan serangan rudal balistik lainnya yang menggempur Bandara Ben Gurion, bandara internasional utama di Israel.
Serangan yang dilakukan dengan menggunakan rudal balistik hipersonik itu untuk mencegah pesawat angkut militer AS mendarat, kata juru bicara Houthi kepada penyiar Al-Masirah Yaman pada Selasa, 3 Juni 2025.
Houthi telah menyerang Bandara Ben Gurion di Israel setiap hari selama sepekan terakhir.
Baca Juga: Houthi Sebut Pelabuhan Yaman Rugi 1,4 Miliar Dolar AS akibat Serangan AS dan Israel sejak Juli 2024
Gerakan tersebut telah menekankan bahwa serangan terhadap Israel hanya akan berhenti dengan berakhirnya konflik di Jalur Gaza dan blokadenya.
Houthi, yang menguasai Yaman utara dan sebagian besar wilayah pesisir Laut Merah Yaman, menyatakan dukungan untuk Palestina pada akhir 2023, serta telah meluncurkan ratusan rudal dan drone atau pesawat nirawak ke Israel sejak dimulainya konflik di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Sebagai tindakan balasan, militer Israel juga telah melakukan sejumlah serangan udara yang menghantam banyak sasaran di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
Baca Juga: Houthi Yaman Klaim Serangan Rudal dan Drone Terbaru ke Israel
Sebagaimana diwartakan surat kabar Times of Israel pada 9 Mei lalu, sistem pertahanan rudal THAAD Amerika Serikat gagal untuk kedua kalinya di periode pekan tersebut dalam mencegat rudal balistik menuju Israel yang ditembakkan oleh gerakan Houthi Yaman.
Media tersebut, dengan mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, menyatakan bahwa hasil dari kegagalan itu mengakibatkan rudal Houthi menghantam Bandara Ben Gurion di Tel Aviv pada 4 Mei.
Saat serangan rudal Houthi 4 Mei itu terjadi, sistem pertahanan udara Hetz Israel dilaporkan sedang tidak berfungsi. Rudal yang jatuh di wilayah bandara utama Israel itu sempat mengakibatkan penutupan infrastruktur penting sektor transportasi Negeri Zionis itu selama setengah jam.***