Robert Francis Prevost, Dari Misionaris di Peru Jadi Paus Leo XIV
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Jumat, 09 Mei 2025 08:30 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Nama Robert Francis Prevost mendadak mengejutkan dunia setelah dirinya diumumkan sebagai Paus baru Gereja Katolik, pasca wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025.
Prevost pertama kali diperkenalkan kepada dunia dengan nama yang ia pilih, Paus Leo XIV, dari loggia Basilika Santo Petrus, Vatikan, Kamis, 8 Mei 2025.
Prevost terpilih sebagai Paus ke-267 melalui proses konklaf kepausan yang mencakup pemungutan suara, oleh 133 kardinal elektor.
Baca Juga: Berpulangnya Paus Fransiskus dan Harapan Baru Gereja Katolik
“Damai sejahtera bagi kamu semua” adalah kalimat pertama yang dia sampaikan dari balkon tengah basilika yang menghadap ke Lapangan Santo Petrus.
Kardinal Robert Prevost (69), yang kemudian akan disapa Leo XIV, adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat sekaligus Paus pertama dari Ordo Santo Agustinus.
Lahir di Chicago pada 14 September 1955 dari pasangan Louis Marius Prevost (keturunan Prancis dan Italia) dan Mildred Martínez (keturunan Spanyol), ia resmi ditahbiskan sebagai imam pada Juni 1982.
Baca Juga: Presiden AS Donald Trump dan Sejumlah Pemimpin Dunia Akan Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
Pria yang mempelajari matematika, filsafat, dan teologi itu menjalani sebagian besar karirnya sebagai misionaris di Peru.
Prevost bahkan memiliki kewarganegaraan Peru, karena perhatiannya yang besar terhadap kaum terpinggirkan dan migran di negara Amerika Latin tersebut.
Prevost bergabung dengan misi Agustinian di Peru pada 1985 dan menjabat sebagai kanselir Prelatur Teritorial Chulucanas dari 1985 hingga 1986.
Baca Juga: Menlu Sugiono: Jokowi Dipertimbangkan Jadi Utusan Khusus Indonesia ke Pemakaman Paus Fransiskus
Pada 1987 hingga 1988, ia bertugas di Amerika Serikat sebagai pastor panggilan dan direktur misi untuk Provinsi Agustinian Chicago sebelum kembali ke Peru, di mana dia menghabiskan sepuluh tahun hidupnya untuk memimpin seminari Agustinian di Trujillo, Peru, dan mengajar Hukum Kanonik di seminari keuskupan, di mana ia juga menjadi prefek atau kepala studi.