Catatan Denny JA: Jangan Sampai Indonesia Menjadi Negara Tuan Tanah
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 08 Mei 2025 19:26 WIB

Saat tanah—sumber utama penghidupan—dimiliki oleh segelintir elite, maka peluang untuk hidup layak bagi rakyat kecil terkubur bersama akar tanaman mereka. Yang diwariskan bukan kesejahteraan, tapi ketimpangan.
Kedua, memicu konflik agraria.
Tak perlu letusan senjata.
Baca Juga: Catatan Denny JA: PHK Massal di Media Massa dan Lahirnya Angkatan Displaced Journalists
Cukup surat, pagar kawat, dan aparat. Dalam diam, petani dan warga tergusur. Banyak yang memilih diam. Tapi banyak pula yang melawan.
Mereka tahu mereka kalah bahkan sebelum perlawanan dimulai. Tapi demi survival, melawan kadang menjadi satu satunya pilihan tersisa.
Konsorsium Pembaruan Agraria mencatat ratusan konflik setiap tahun—dari Sumatera hingga Papua.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perkuat Budaya Lokal Melalui Festival Internasional
Ketiga, menghambat produktivitas dan ketahanan pangan.
Petani kecil seperti Samini menanam dengan cinta, bukan hanya untuk laba. Tanah mereka hidup, subur, penuh semangat.
Tapi korporasi sering menjadikan lahan sebagai aset, bukan ladang. Banyak yang menjadi lahan tidur. Sementara rakyat kekurangan pangan, tanah justru menganggur.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Olahraga Padel Segera Naik Daun di Indonesia
-000-