"Kami mengucapkan terima kasih kepada perusahaan AMDK AQUA, Baznas Jateng, Bank BJB, Pemprov Jateng, serta semua pihak yang telah membantu terselenggaranya mudik gratis ini. Mudik bukan hanya tradisi, tetapi juga ajang mempererat tali silaturahmi dan mengenalkan kembali kampung halaman kepada generasi muda," tambahnya.

Di tempat yang sama, Ketua PRJT Bandung Raya, Farhan Juniaji, mengungkapkan bahwa pihaknya sangat selektif dalam menyaring peserta mudik gratis agar program ini benar-benar tepat sasaran. Peserta terdiri dari berbagai kalangan, di antaranya ojek online (17 persen), karyawan (17,6 persen), pedagang kaki lima (11 persen), asisten rumah tangga (11 persen), serta 41 persen lainnya dari berbagai profesi seperti honorer, guru ngaji, dan ibu rumah tangga.

"Kami ingin memastikan bahwa fasilitas ini benar-benar dinikmati oleh mereka yang paling membutuhkan," ujar Farhan. Ia menambahkan bahwa program ini juga menjadi harapan bagi mereka yang sudah lama tidak bisa mudik, seperti sebuah keluarga pemulung dari Cikarang yang akhirnya bisa kembali ke kampung halaman setelah lima tahun.

Baca Juga: Ternyata Aqua Jadi Air Minum Pilihan Streamer IShowSpeed Selama Berkunjung di Indonesia

Farhan berharap jumlah armada bus bisa ditambah di tahun mendatang, terutama untuk tujuan Rembang, Pati, Blora, dan Kudus yang belum terakomodasi tahun ini.

"Kami berdoa agar tahun depan lebih banyak donatur yang terlibat, sehingga semakin banyak perantau yang bisa menikmati fasilitas mudik gratis," harapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin, mengapresiasi para pihak yang telah berkontribusi dalam program mudik gratis ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terhadap warganya yang merantau.

Baca Juga: Jusuf Kalla Saksikan Penyerahan Bantuan dari PT Aqua Indonesia untuk Korban Bencana di Sukabumi

"Kami berharap para pemudik bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali berkumpul bersama keluarga dan mengembangkan perekonomian di kampung halaman. Uang yang seharusnya digunakan untuk biaya transportasi bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain atau modal usaha di desa," ujar Gus Yasin.***