Tewasnya Albar Mahdi, dan Kultur Kekerasan Antara Santri Senior dan Junior di Pondok Pesantren
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 18 September 2022 08:15 WIB
Yang jadi pertanyaan, di mana peran pengurus atau pengajar di pondok pesantren? Apakah mereka tidak tahu kekerasan apa yang terjadi di antara santri senior dan junior?
Anak saya menjawab, kalaupun tahu, pengurus tidak bisa terus-menerus mengawasi para santri senior dan interaksinya dengan santri junior.
Pada saat tidak ada pengawasan itulah, santri senior melakukan kekerasan terhadap para juniornya, dalam bentuk yang bervariasi.
Baca Juga: Innalillahi, Cak Sapari Wafat Seniman Ludruk Asal Surabaya
“Hal ini bukan cuma terjadi pada santri laki-laki, tetapi juga pada santri perempuan!” kata anak saya.
“Biasanya, santri junior laki-laki menjadi korban kekerasan santri senior laki-laki. Sedangkan santri junior perempuan juga jadi korban kekerasan santri senior perempuan.”
Anak saya sendiri nyaris jadi korban kekerasan oleh para seniornya di pesantren. Ceritanya, waktu itu para santri senior mengadakan acara tertutup yang wajib diikuti santri junior.
Acara ini di luar kegiatan resmi pesantren, jadi betul-betul inisiatif para santri senior.
Baca Juga: Kabupaten Lampung Timur Jadi Sorotan, Inilah Sosok Bupatinya, Dawam Rahardjo Namanya
Dalam kegiatan yang di luar kontrol pengurus pesantren ini, sudah jelas bahwa tujuannya adalah untuk “mengerjai” para santri junior. Tidak ada unsur edukatif sama sekali.