DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Haruskah Kutembak Raja dan Keluarganya?

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Puisi esai seri  "Yang Menggigil di Arus Sejarah" (3)

ORBITINDONESIA.COM - Rusia 1917, seluruh keluarga raja ditembak mati oleh pencetus revolusi. Sang algojo penembak terus dihantui hingga masa tua. (1)

-000-

Aku berdiri di lorong batu.
Pekik revolusi bergema di pori-pori temboknya.
Salju di luar turun pelan,
menjadi nisan bagi sebuah dinasti.

Malam itu sempit.
Sesempit peti mati.
Bau mesiu.
Lilin menangis.
Kami diperintahkan masuk,
aku dan lima algojo lain, membawa senapan yang dingin.

Di depan kami, mereka berdiri.
Raja Nicholas menggenggam tangan istrinya.
Ratu Alexandra merangkul Alexei yang rapuh.
Keempat putri mereka berlutut di dalam keheningan.

Tak ada mahkota, tak ada emas.
Hanya kain tidur dan wajah tanpa dosa.
Bukan raja dan ratu yang kulihat,
tapi seorang ayah dan ibu,
yang menunggu ajal dengan mata terbuka.

Di luar, angin dari Volga berembus lirih,
membawa dingin yang menusuk tulang.

Jauh di Moskow, lonceng Kremlin berdentang,
seperti jantung yang ragu, berdegup di tubuh sejarah.

Di belakang sana,
vodka dituangkan tanpa takaran,
mengalir seperti waktu yang menolak berhenti.

Prajurit meneguknya dengan mata kosong.
Mabuk lebih baik daripada mengingat nama-nama yang akan mereka bunuh.

Di sudut ruangan,
potret Raja,
yang dulu begitu kuasa,
retak di lantai,
menjadi nyanyian kematian.
Tragis.
Ironis.

Ia menjadi pertanda,
sebuah dinasti akan mengucapkan doa terakhir,
entah kepada Tuhan,
atau kepada masa depan,
yang tak berwajah,
doa yang tak lagi dikabulkan.

Patung ratu pecah berserakan,
seperti kaca jiwaku sendiri.
Pecahan kecilnya menusuk langkahku
setiap hari.

-000-

Lenin berkata, revolusi butuh darah.
Kami, algojo-algojonya, tak boleh berpikir.

Namun, tanganku bergetar di atas pelatuk,
ketika Anastasia menatapku seperti seorang anak menatap ayahnya.

Alexei, bocah yang bahkan tak bisa berjalan,
melihat ke arahku, bukan dengan takut,
tetapi dengan sesuatu yang lebih berat:
kesedihan yang tak semestinya ditanggung oleh anak sekecil itu.

Perintah sudah turun.
Darah harus membayar sejarah.

Aku menarik napas panjang,
tapi sebelum sempat berpikir lebih jauh,
senapan di sampingku sudah lebih dulu meledak.

Peluru pertama menembus dada Tsar.
Peluru kedua merobek Tsarina.
Darah mereka berceceran di lantai batu.

Aku menutup mata,
tetapi tanganku bergerak sendiri,
dan sebelum aku bisa menolak,
senjataku ikut berbicara.

Tubuh-tubuh itu jatuh satu per satu.
Anastasia yang berlari, tersandung,
lalu hening.

Dan aku hanya bisa berdiri di sana,
menatap tangan sendiri,
dan bertanya dalam hati:
apakah ini revolusi,
atau pembantaian yang tak bisa dimaafkan?

-000-

Bertahun-tahun setelah malam itu,
aku hidup di desa kecil dekat Volga.

Tak ada lagi revolusi,
hanya keheningan yang menempel di dinding rumahku.

Setiap malam, suara itu datang.
Bukan suara Lenin.
Bukan suara revolusi.

Tapi suara seorang anak yang bertanya:
“Paman, apakah kau saat itu menembakku juga?
Aku hanya anak,
lahir di istana,
bukan aku minta.
Mahkota jadi takdirku.
Mengapa kau tega?”

Aku membuka mata,
dan melihat tanganku masih berlumuran darah,
meski seumur hidup telah kubersihkan.

Lalu salju jatuh lagi,
menyelimuti tanah seperti kain kafan,
menutupi dosa-dosa yang tak pernah benar-benar hilang.

Mereka bilang, revolusi membawa keadilan.
Tapi di dalam hatiku, hanya ada kematian.

Dan aku, algojo yang selamat,
tetap dihukum oleh sejarah yang tak pernah tidur.

Aku ikut membunuh keluarga raja.
Kini kenangan itu membunuhku.

Aku terjaga di malam sunyi.
Berkali-kali.

Di sudut kamar, bayangan berdiri.
Anastasia, putri raja itu, menatap tanpa suara,
luka di dadanya masih menganga.

Tangannya terulur,
bukan untuk membalas,
tapi bertanya:
“Paman, mengapa revolusi masih membutuhkan darahku?”

Jakarta, 11 Februari 2025 ***

CATATAN

(1) Puisi esai ini dramatisasi momen ketika keluarga kerajaan Rusia harus dihabisi oleh Revolusi Rusia

History.comhttps://www.history.comWhy Czar Nicholas II and the Romanovs Were Murdered

Halaman:

Berita Terkait