Pakar Unpad, Teuku Rezasyah: Para Pemimpin ASEAN Perlu Tegas Tangani Kasus TPPO di Kawasan
- Penulis : Mila Karmila
- Jumat, 07 Februari 2025 03:16 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/2025/02/07/202502070256081000005613.jpg)
ORBITINDONESIA.COM - Profesor Muda Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan, ketegasan dari para pemimpin ASEAN diperlukan dalam menangani kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang atau TPPO di kawasan ASEAN.
Dukungan itu, kata Teuku Rezasyah, diperlukan agar para korban kasus TPPO di kawasan ASEAN dapat ditangani dengan baik dan dibantu pemulangannya ke negara asal dengan segera, serta mencegah kasus yang sama terulang kembali.
“Tahun ini Malaysia harus mendapat dukungan dari negara-negara dalam ASEAN untuk memaklumkan hal ini, bahwa urusan TPPO itu harus benar-benar ditangani secara tegas,” kata Teuku Rezasyah saat dihubungi oleh ANTARA di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.
Baca Juga: Menlu Sugiono Tegaskan Komitmen Indonesia Mendukung Visi Komunitas ASEAN 2045
Untuk itu, lanjut Rezasyah, semua negara anggota ASEAN yang dilalui jalur TPPO perlu saling berbagi data intelijen kepada sesama anggota guna menangani kasus TPPO, seraya menambahkan bahwa sulit bergerak di Myanmar karena situasi yang tidak stabil di sana.
Idealnya, kata Rezasyah, setiap negara anggota ASEAN dapat saling memeriksa dokumen untuk mencegah TPPO, serta memiliki peraturan yang sama dan bisa dimengerti dalam bahasa nasional masing-masing sekaligus bahasa Inggris, yang juga dimengerti oleh negara masing-masing, sehingga ASEAN bisa menangani TPPO secara sistematis.
Namun, hal itu masih sulit dilaksanakan karena menurut Rezasyah, masyarakat ASEAN masih ada yang belum taat peraturan dan ada kemungkinan aparat menjual data yang ada.
Baca Juga: Beberapa Desa Wisata di Indonesia Raih Penghargaan di ASEAN Tourism Award 2025
Mengenai kasus penembakan WNI di Malaysia, Rezasyah berpendapat, apa yang dilakukan Malaysia adalah cara mempertahankan kedaulatan saat mereka menemukan orang-orang yang dicurigai berbahaya. Reza menambahkan, Malaysia memiliki standar prosedur tersendiri menghadapi hal tersebut.
Meskipun begitu, Rezasyah menekankan tetap diperlukan penyelidikan secara menyeluruh, mulai dari kronologis, (pendekatan) sistematis dan ilmiah mengenai kasus penembakan WNI tersebut.
Prosedur penggunaan senjata sudah benar atau belum dan ada tembakan peringatan atau tidak perlu diperiksa secara saksama, kata Rezasyah, sembari menambahkan bahwa Indonesia tidak akan mempersulit Malaysia sepanjang Malaysia bisa memberikan kronologi yang benar.
Baca Juga: Survei FPCI: China Dipandang sebagai Mitra Paling Relevan Bagi Masa Depan ASEAN
Dia mengatakan wajar Malaysia memiliki rasa curiga yang tinggi karena banyak kejahatan serupa penyelundupan di Malaysia, dan karena alasan itulah Malaysia menegakkan kedaulatan di wilayah mereka.