DECEMBER 9, 2022
Kolom

Perjalanan Moral dan Politik Adam Kinzinger, Anggota Partai Republik yang Menolak Donald Trump

image
Adam Kinzinger (Foto: NPR)

ORBITINDONESIA.COM - Dua hari lalu, seorang teman memberi saya buku 'Renegade' karya Adam Kinzinger. Buku ini sebuah memoar yang menyoroti perjalanan moral dan politik Kinzinger sebagai anggota Kongres Partai Republik.

Adam Kinzinger seorang yang berpegang teguh pada lima prinsip yaitu Keberanian, Integritas, Demokrasi, konstitusi dan Persatuan Bangsa yang dalam tulisan singkat ini saya ringkas menjadi KIDKOP. 

Adam Kinzinger mengisahkan kehidupannya, mulai dari karir militernya sebagai pilot Angkatan Udara hingga menjadi salah satu dari sedikit Republikan yang mendukung pemakzulan Donald Trump dan terlibat dalam penyelidikan serangan 6 Januari 2021 di Capitol.

Baca Juga: Donald Trump: Barang Impor dari China Akan Dikenakan Tarif Masuk 10 Persen Mulai Februari 2025

Apa motif Kinzinger sehingga dia berbeda pendapat dengan partainya sendiri? Jawabnya, karena dia pemegang teguh nilai luhur yang menuntunnya dalam bertindak dan mengeluarkan kebijakan membela nilai-nilai inti demokrasi: KIDKOP. 

Kinzinger mengkritik keras ekstremisme politik, budaya disinformasi, dan kecenderungan para politisi partainya sendiri untuk mengutamakan loyalitas partisan daripada kebenaran. Sering pembelaan terhadap partai mengabaikan bahaya besar yaitu hancurnya persatuan bangsa. Baginya, mempertahankan nilai-nilai luhur demokrasi dan Konstitusi demi keadilan, kesetaraan dan persatuan adalah tanggung jawab yang melampaui batas partai.

Ia tidak hanya mengkritik, tetapi juga menginspirasi. Kinzinger menekankan pentingnya mempertahankan prinsip meski menghadapi risiko, seperti ancaman karir dan keselamatan pribadi. Pesannya jelas: keberanian individu dapat membuat perbedaan di tengah krisis demokrasi.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani: Indonesia Perkuat Ketahanan Ekonomi Usai Trump Tolak Kesepakatan Pajak Global

Tetapi, buku ini pun perlu dikritik. Kinzinger kurang memberi solusi sistemik. Tidak ada perbandingan dengan kasus di negara-negara lain yang bisa memperkaya. Fokusnya yang personal membuat buku ini terasa seperti seruan moral, alih-alih peta jalan untuk memperbaiki politik Amerika yang terpolarisasi. Meski demikian, narasi ini tetap relevan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. 

Integritas & Persatuan Nasional

Jerman, misalnya, para politisinya memiliki integritas dan kesetiaan untuk menjaga stabilitas politiknya melalui koalisi lintas partai yang menempatkan persatuan nasional di atas kepentingan kelompok. Sebaliknya, Brasil pada masa Jair Bolsonaro menunjukkan bahaya ketika ekstremisme dan polarisasi merusak lembaga demokrasi sehingga merapuhkan persatuan bangsa. 

Baca Juga: Bagaimana Menghadapi Pemimpin Berambisi Tinggi seperti Donald Trump?

Dalam kasus Brazil, Bolsonaro adalah 'ngengat' yang merapuhkan persatuan bangsa. Pengalaman kedua negara ini mengajarkan pentingnya integritas politik dan kemampuan bertindak melampaui batas primordialisme, demi persatuan  bangsa. Hal ini penting, terutama saat bangsa berada  dalam krisis.

Halaman:

Berita Terkait