Puisi Esai Denny JA: Anak Palestina Itu Menulis Surat untuk Ibunya yang Hilang
- Sabtu, 18 Januari 2025 17:10 WIB

Rumahnya menjadi abu,
seperti banyak rumah lain di Gaza,
tempat kenangan membara
dan mimpi menguap bersama asap.
Bibinya memeluk Ameen,
mencoba menjadi pengganti ibu.
Tapi pelukan itu dingin,
tak ada wangi mawar di sana.
Ia bukan ibu,
Bibi mencoba bersuara lembut yang menenangkan badai di dada.
Tapi bibi bukan ibu,
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang
Bibi mendongeng yang bisa mengusir mimpi buruk.
Tapi ia bukan ibu.
“Kepada langit, Ameen sering bertanya:
‘Mengapa ibu tak mencariku?
Ketika perutku bernyanyi seperti angin di celah puing,
kau tak datang membawa roti.
Ketika malam menggigilkan tulang,
kau tak lagi memelukku dengan wangi bunga Jasmine.
“Di Gaza, hidup adalah benang kusut yang tak terurai.
Setiap simpulnya adalah kelaparan.
Makanan hanya bayangan di piring retak,
air adalah mimpi yang tercecer di pasir.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang
Rumah tak lagi berdiri,
hanya bayang-bayang yang hilang ditiup angin.”
Tapi yang paling sulit adalah kehilangan orang-orang tersayang.
Rindu yang menggali lubang di hati,
lubang yang tak pernah penuh.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Bom itu Meledak di Satu Sahur, di Bulan Puasa, di Gaza
Ameen percaya ibu akan pulang.
Ia menggambar wajahnya di langit malam,
di antara bintang yang memudar,
di bulan yang pecah seperti piring tua.
“Ibu akan pulang,” katanya,
“membawa roti dan senyum.”