Masdar Abdulaziz Alobaidli: Indonesia Jadi Pusat Energi Terbarukan di Asia Tenggara
- Penulis : Abriyanto
- Selasa, 14 Januari 2025 05:38 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Perusahaan energi bersih yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Masdar menegaskan bahwa Indonesia adalah pusat energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.
“Jakarta adalah pusat (hub) kami untuk Asia Tenggara. Di Jakarta, kami memutuskan untuk membangun kantor,” ujar Chief Operating Officer (COO) Masdar Abdulaziz Alobaidli kepada ANTARA di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dikutip Selasa 14 Januari 2025.
Meskipun Masdar membidik perluasan investasi ke negara-negara di sekitar Indonesia, Alobaidli menyampaikan bahwa Indonesia tetap menjadi pusat energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga: Guru Besar IPB, Yanto Santosa: Kawasan Hutan Terdegradasi Bisa untuk Pengembangan Pangan dan Energi
“Kami juga membidik Malaysia, kemudian potensi ekspor (energi) ke Singapura, Filipina, dan pasar lainnya. Yang pasti, kami memulai di Indonesia, dan Jakarta adalah pusat regional kami untuk wilayah tersebut,” kata Alobaidli.
Masdar terlibat dalam berbagai proyek energi terbarukan di Indonesia, salah satunya adalah pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, di Waduk Cirata, Jawa Barat.
Selain itu, Masdar juga menerima Letter to Proceed (LtP) dalam investasi Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) energi baru terbarukan di Nusantara, Kalimantan Timur, dari Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).
Baca Juga: Dirjen IRENA Francesco La Camera Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
Masdar juga memegang saham sebesar 15 persen di PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).
Kini, Masdar sedang membuat studi kelayakan untuk pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan potensi pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan sistem pumped storage atau memompa air ke reservoir yang lebih tinggi ketika ada kelebihan listrik.
“Untuk tenaga bayu cukup sulit dikembangkan di Indonesia. Topografi wilayahnya menyebabkan beberapa proyek tidak layak, tapi kami masih mendalami peluangnya.” ***