Catatan Denny JA: Di Balik Buku Demokrasi dengan Rekor Terbanyak 221 Penulis
- Sabtu, 28 Desember 2024 07:44 WIB
Di tengah kerumitan itu, lahirlah solusi: sebuah buku. Buku ini menjadi wadah bagi semua suara—baik pro maupun kontra. Setiap penulis bebas mengekspresikan pikirannya dalam bentuk apa pun, tanpa sensor, tanpa pembatasan ideologi.
Di sinilah buku ini menjadi unik: ia tidak hanya merekam pemikiran, tetapi juga perdebatan yang melahirkannya.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
Sejarah mencatat, beberapa buku tak hanya menarik karena isinya, tetapi karena proses pembuatannya yang luar biasa:
Anne Frank menulis buku hariannya “The Diary of a Young Girl” dalam ruang rahasia di Amsterdam, tempat keluarganya bersembunyi dari Nazi. Di tengah ketakutan akan penangkapan, Anne menemukan kebebasan melalui tulisan, mencurahkan harapan, cinta, dan rasa sakitnya.
Kisah ini ditemukan setelah kematiannya di kamp konsentrasi oleh Miep Gies, yang menyelamatkan naskahnya dari kehancuran.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Retreat para Penulis untuk Kemerdekaan
Buku ini bukan hanya saksi sejarah, tetapi juga bukti keberanian seorang gadis muda di tengah kekejaman perang.
Proses pembuatannya mencerminkan tekad manusia untuk tetap hidup, walau hanya melalui kata-kata. Anne menghidupkan mimpi dan kemanusiaan dari balik tembok tersembunyi.
Buku “Suara Penulis Soal Demokrasi dan Pemilu 2024” juga punya kisah di balik layar.
Di balik angka 221 penulis, ada lebih dari sekadar tulisan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Dana Abadi untuk Festival Tahunan Puisi Esai
Ada dinamika politik yang merasuk ke dalam dunia literasi. Ketika polarisasi bangsa mencapai puncaknya, dunia penulis pun terbelah.