Catatan Denny JA: Membawa Spirit para Sufi ke Era Artificial Intelligence
- Kamis, 19 Desember 2024 08:13 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dua kutipan dari dua sufi ini mengajak kita menyelam di kedalaman samudra batin.
“Agamaku adalah cinta. Setiap hati manusia adalah rumah ibadahku.”— Jalaluddin Rumi (1207–1273)
Kutipan ini melampaui batas agama dan budaya, menjadi fondasi universal bagi kemanusiaan. Bagi Rumi, cinta bukan sekadar emosi, melainkan inti dari segala eksistensi.
Ia adalah jalan menuju sumber cahaya yang menyinari kegelapan, dan jembatan yang menyatukan perbedaan.
Di era ini, ketika dunia semakin terhubung oleh teknologi, kutipan Rumi menjadi relevan lebih dari sebelumnya. Kita hidup dalam zaman yang penuh kontradiksi: teknologi mendekatkan manusia secara fisik, tetapi menjauhkan mereka secara emosional.
Di tengah hiruk-pikuk data dan algoritma, hati manusia menjadi sunyi, potensial kehilangan koneksi dengan esensi cinta yang sejati.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z
Ini kutipan kedua:
“Ya Tuhan, jika aku memuja-Mu karena inginkan surga, tutuplah pintu surga bagiku. Jika aku memuja-Mu karena takut neraka, cemplungkanlah aku ke dalam neraka. Tapi jika aku memuja-Mu karena cintaku pada-Mu, jangan Kau tolak cintaku.”— Rabiah Adawiyah (717–801)
Rabiah Adawiyah mengajarkan cinta tanpa syarat, cinta yang murni dan melampaui kepentingan pribadi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024
Baginya, berorientasi pada keagungan adalah tujuan, bukan sarana untuk mendapatkan surga atau menghindari neraka. Cinta yang seperti ini adalah penyerahan total, sebuah jalan menuju kebebasan spiritual yang sejati.