DECEMBER 9, 2022
Buku

Buku Penyair Indonesia dan India Diluncurkan di Acara the World Thinkers and Writers Peace Meet di Kolkata

image
Peluncuran buku antologi Indonesia India The Whispers: Voice of Interlude oleh Sastri Bakry, Prof Sanjukta Dasgupta dan Dr Sudipto Chaterjee (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Buku Penyair Indonesia dan India berjudul Whisper: Interlude of Voices diluncurkan pada Senin, 18 November 2024 dalam acara the World Thinkers and Writers Peace Meet (WTWPM) di gedung Kolkata International Foundation for Arts Literature and Culture.

Peluncuran buku dilaksanakan oleh ISISAR (International Society for Intercultural Studies and Research); Prof. Sanjukta Dasgupta, Dekan Fakultas Seni dari English Department Calcutta University, didampingi editor buku Dr Sudipto Chaterjee dan Sastri Bakry.

Ikut hadir langsung dari Indonesia selain Sastri Bakry, yaitu penyair Eka Teresia, Mira Gusvina. Sementara Armaidi Tanjung, Pipiet Senja, Swary Utami Dewi , Isbedy Stiawan dan Nuyang Jaimie yang juga direncanakan hadir tak bisa berangkat karena beberapa alasan, antara lain tertolak visa dan sesuatu hal lainnya. 

Baca Juga: Denny JA Dinner Bareng Pemenang Lomba Resensi Buku Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA

Buku yang berjumlah 136 halaman itu ditulis oleh 60 penyair Indonesia dan India. Buku itu penuh sentuhan hati yang diungkapkan dengan indah atas peristiwa sekeliling mereka, tentang kesedihan, kebahagiaan, ketidakadilan, kerinduan dan lain-lain.

Tercatat gabungan penyair senior Indonesia dengan junior ikut menulis. Seperti: Dienullah Rayes, D. Kemalawati,  Fakhrunnas MA Jabbar, Husnu Abadi, Isbedi Stiawan ZS, Ismet Fanany, Jose Rizal Manua, LK Ara, Pipiet Senja, Putu Oka Sukanta, Swary Utami Dewi, Zawawi Imron. Termasuk yang muda seperti Rini F Jamrah, Nuyang Jaimee, Ahmad Cahyo Setio dan anggota SATUPENA Sumbar lainnya, serta penyair India yang hadir seluruhnya. 

Sastri Bakry, ketua SATUPENA Sumbar dan Dr Sudipto Chaterjee, ketua panitia WTWPM merasakan bahwa puisi bisa menyuarakan kebenaran, persahabatan, penghargaan, kedamaian dan cinta.

Baca Juga: Buku Hijrah Berkali-Kali Ala Denny JA Didiskusikan di Rumah Kerajaan Buleleng Bali

Karena itulah mereka dengan sungguh-sungguh mendorong dan memotivasi penyair masing-masing negara untuk tetap berkarya menghasilkan kata- kata yang menggugah hati dan pikiran untuk kemanusiaan. 

"Kami bekerja keras, tanpa memerhatikan waktu, pagi siang dan malam. Lebih 4 bulan kami melakukan perbaikan. Selalu berkomunikasi dengan jarak jauh. Tak mudah memang menjadi editor, karena beda bahasa, beda pengalaman, beda kultur dan tentu saja beda penafsiran. Kami bahagia akhirnya buku antologi ini selesai setelah Nandita Samanta seorang penyair, editor dan pereview buku terkenal dari India ikut menyelesaikannya. Karena itu kami mohon maaf jika masih ada kelemahan," ujar Sudipto dengan senyum.

Ia menutup peluncuran buku bersama dengan beberapa buku penyair dari beberapa negara lain. Seperti: Prof. Malachi Edwin (Malaysia), Tobias Burghadt (Jerman), Jona Burghadt (Argentina), Muniar Alfaker (Iran), yang sekarang tinggal di Denmark, Jorge Antonio (Mexico), Biplap Majhi dan Sharmila dari India, serta beberapa penulis lainnya. 

Baca Juga: Konjen RI di Melbourne, Kuncoro Waseso Baca Puisi pada Peluncuran Buku Suara dari Kampus di Deakin University

Berbeda dengan buku antologi Indonesia-India yang diterjemahkan dari bahasa asli kedua negara ke bahasa Inggris, buku yang lain adalah terjemahan dari bahasa Inggris ke Bengali. 

WTWPM dikuti oleh 15 negara seperti Argentina, Iran, Jepang, Denmark, Rusia, Malaysia, Indonesia, Kurdistan, Mesir, dan lain-lain.

Menurut Sastri Bakry dan Dr Sudipto Chaterjee, kerja sama sastra ini akan dilanjutkan tidak hanya sekedar menerbitkan dan meluncurkan buku, tetapi ke depan juga karya sastra masing-masing negara akan ditejemahkan ke banyak bahasa, sesuai misi ISISAR dan SATUPENA Sumbar. 

Baca Juga: Mantan Sekjen Kemenhan, Agus Setiadji Luncurkan Buku dan Sebut Pentingnya Perkuat "Middle Management"

"Ini adalah bentuk dedikasi kami terhadap dunia sastra dan budaya dunia untuk perdamaian dan saling menghormati. Para penyair tak kenal lelah, bisa tetap bersuara lewat dunia kata-kata untuk diri sendiri maupun untuk peradaban dunia," katanya. ***

Berita Terkait