DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Pengamat INDEF, Esther Sri Astuti: Indonesia Harus Memiliki Produk Unggulan Jika Ingin Untung di BRICS

image
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono tiba di Kazan untuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus, di Kazan, Rusia, Kamis, 24 Oktober 2024. ANTARA/HO-Photohost agency brics-russia2024.ru

ORBITINDONESIA.COM - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, Indonesia harus mempunyai produk-produk unggulan berdaya saing, jika ingin mengambil keuntungan ekonomi dari bergabung dengan blok ekonomi BRICS.

“Selama Indonesia punya produk berdaya saing tinggi, (bergabung BRICS) akan menguntungkan,” kata Esther Sri Astuti, di Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2024.

“Namun, jika tidak, Indonesia hanya akan jadi pasar saja,” kata Esther Sri Astuti menambahkan.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Sambut Iran sebagai Anggota Penuh BRICS

Menteri Luar Negeri RI Sugiono sebelumnya menyampaikan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS, saat menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, Kamis, 24 Oktober 2024.

Ia menyatakan, prioritas BRICS selaras dengan program kerja pemerintah, antara lain ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pemajuan sumber daya alam.

“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” ujar Sugiono.

Baca Juga: Menlu Sugiono: Indonesia Resmi Minta Bergabung ke BRICS, Wujudkan Diplomasi Bebas Aktif

Dia menambahkan bahwa Indonesia memandang BRICS sebagai wadah yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara di kawasan selatan atau Global South.

BRICS adalah kelompok negara yang didirikan pada 2006. Blok tersebut saat ini beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab.***

Berita Terkait