Juru Bicara Kemlu China Lin Jian: Langkah Proteksionis Kanada Akan Ganggu Hubungan Dagang Kedua negara
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 28 Agustus 2024 08:21 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menegaskan, langkah proteksionis Kanada yang akan menetapkan peningkatan tarif impor mobil listrik (electric vehicle atau EV) dari China hingga 100 persen, akan mengganggu hubungan dagang kedua negara.
"Langkah proteksionis yang khas tersebut mengganggu hubungan perdagangan China-Kanada, merugikan kepentingan perusahaan dan konsumen Kanada dan tidak banyak membantu proses transisi hijau Kanada serta upaya global untuk menanggapi perubahan iklim," kata Lin Jian dalam konferensi pers, di Beijing, China pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Kanada pada Senin, 26 Agustus 2024, mengumumkan bahwa negara tersebut mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) yang mengenakan tarif impor 100 persen terhadap kendaraan listrik (EV) asal China, ditambah tarif impor 25 persen untuk baja dan aluminium asal China.
Baca Juga: Test Drive di Bandung: Impresi Mengendarai Mobil Listrik NETA V-II yang Lincah dengan Fitur Melimpah
Bea impor yang akan berlaku mulai 1 Oktober 2024 tersebut, juga termasuk untuk semua EV merek Tesla yang dibuat di China.
"Saya tegaskan bahwa langkah Kanada mengabaikan fakta, tidak menghormati aturan WTO dan bertentangan dengan tren historis. China menyesalkan dan menentang hal ini," ujar Lin Jian.
Subsidi, kata Lin Jian, tidak menghasilkan daya saing industri.
"Proteksionisme tidak melindungi apa pun kecuali keterbelakangan dengan masa depan sebagai dampak yang harus dibayar," kata Lin Jian pula.
Lin Jian mengatakan perkembangan pesat industri EV di China merupakan hasil dari inovasi teknologi yang terus-menerus, rantai pasok yang mapan dan persaingan pasar penuh.
"Inilah yang terjadi ketika keunggulan komparatif kami memberikan apa yang dibutuhkan pasar. China mendesak Kanada untuk menghormati fakta, mematuhi aturan WTO, segera memperbaiki kekeliruan kebijakan itu dan berhenti mempolitisasi masalah perdagangan," kata Lin Jian pula.
Baca Juga: Imigrasi Ngurah Rai Bali Deportasi Buronan Interpol Asal Kanada
China, menurut Lin Jian, akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan Tiongkok.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan pemerintahannya bertindak untuk melawan apa yang disebut sebagai "kebijakan kelebihan kapasitas yang disengaja dan diarahkan" oleh Pemerintah China.
Ia juga menambahkan Kanada akan terus bekerja sama dengan AS dan sekutu lainnya untuk memastikan dunia tidak terkena dampak "persaingan tidak adil" yang tidak berpihak pada pasar seperti yang dilakukan China.
Baca Juga: Neneng Goenadi: Grab Indonesia Tambah 1.000 Mobil Listrik untuk Armadanya Hingga Akhir 2024
Kanada, menurut Trudeau, juga sedang mempertimbangkan tindakan sejenis terhadap "chip" dan panel surya.
Pengenaan tarif tersebut akan ditinjau satu tahun sejak tanggal pemberlakuan dan dapat diperpanjang atau ditambah dengan langkah-langkah lanjutan.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden pada Mei 2024 mengumumkan penggandaan tarif EV China menjadi 100 persen, bea masuk untuk semikonduktor dan panel surya sebesar 50 persen dan tarif baru baterai ion-litium sebesar 25 persen serta barang-barang strategis lain termasuk baja untuk melindungi perusahaan domestik dari apa yang disebut kelebihan produksi China.
Baca Juga: Pakar Otomotif Yannes Martinus Pasaribu Bagikan Kiat Membeli Mobil Listrik Agar Tidak Salah Pilih
Sedangkan Uni Eropa (UE) pada 20 Agustus 2024 mengumumkan rencananya untuk mengenakan bea impor selama 5 tahun maksimum hingga 36,3 persen terhadap EV China, kecuali jika negara tersebut dapat menawarkan solusi alternatif atas sengketa dagang terkait subsidi negara.
Kanada diketahui "hanya" mengenakan tarif impor 6,1 persen terhadap EV dari China. Impor EV dari China ke pelabuhan terbesar di Kanada, Vancouver, mencapai 44.356 pada 2023 atau melonjak 460 persen.***