Rastono Sumardi: Surat Cinta untuk Bapak Prabowo Subianto
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 18 Agustus 2024 04:07 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Sebagai anak bangsa, mencintai tanah air adalah sumpah sejati. Perjalanan NKRI tentu penuh dinamika yang menguras urat syarat dan urat nadi. Dari pemimpin satu ke pemimpin lain, rakyat sulit mendapat kepuasan seutuhnya.
Tapi yang pasti negeri ini makin hari makin maju. Saya yang lahir di era 70-an masih merasakan masa dulu harus berjalan kaki berkilo-kilo menyusuri jalannya berlumpur untuk pergi ke sekolah, belajar tanpa lampu listrik hanya lampu botol, kini tempat saya kecil jalan sudah beraspal, anak-anak ke sekolah naik kendaraan roda dua atau roda empat, belajar dengan cahaya lampu yang terang.
Dalam penjelasan sederhana ini saya ingin mengatakan Indonesia terus berkembang ke arah lebih baik hasil dari kerja kerja pemimpin kita dari masa ke masa.
Tapi ada yang mundur dalam pandangan saya, soal etika terutama kepada pemimpin atau orang yang lebih tua atau orang yang dtuakan. Pemimpin sekarang berada di era keterbukaan informasi dan kebebasan berpendapat. Sisi lain ini demokrasi sudah terbuka, tapi di sisi lainnya etika dan moral tampak merosot terhadap pemimpin.
Tapi pemimpin tetap saja melayani walau harus mandi hujatan dan kritikan tajam dari kelas intelektual sampai kelas rakyat bisa. Orang kota maupun orang desa mereka terasa bebas menilai pemimpin dan memberi pendapatnya secara terbuka dan tanpa etika moral. Sedih melihat pemandangan itu.
Pesan yang ingin saya sampaikan kepada Bapak Prabowo, perlu dikonsep kembali soal revolusi mental bangsa. Masyarakat tetap mendapat ruang untuk berpikir kritis namun tetap mampu menjaga etika dan kesopanan sebagai bangsa yang berperadaban dan berkebudayaan.
Baca Juga: Airlangga Hartarto: Peluang PKS Gabung Koalisi Indonesia Maju Tergantung Keputusan Prabowo Subianto
Karakter dan budaya bangsa harus menjadi perhatian serius Pak, agar menjadi negeri yang maju dan berperadaban luhur. Negeri ini harus mau membayar mahal para pemikir dan pakar untuk merumuskan kemajuan kemajuan bangsa ketimbang membayar mahal para pengoceh yang tidak punya kemampuan kerja apa apa untuk negeri ini, hanya menjadi sensasi verbalis yang tidak produktif.
Bukankan kita punya banyak ahli? Jangan biarkan mereka jadi pengoceh saja di forum forum debat, tapi mereka ruang untuk berbuat bersama sama untuk bangsa.
Saya sadar betul Bapak Prabowo telah melewati banyak ujian yang panjang untuk menjadi pemimpin negeri ini. Sejak masih menjadi prajurit sampai saat terjun di panggung politik yang berkali kali gagal jadi presiden. Bapak sudah punya memori yang cukup untuk mengenali Indonesia dengan segala potensinya.
Baca Juga: Rusia Berencana Buka Konsulat Jenderal di Bali, Prabowo: Bisa Meningkatkan Kerja Sama Pariwisata
Pesan saya kepada Bapak Prabowo: Dengarkan, rangkul, berdayakan segala potensi untuk membangun negeri dengan semangat nasionalisme dan gotong royong. Jangan biarkan negeri ini dipenuhi dengan orang yang hanya bisa omon-omon.