DECEMBER 9, 2022
Nasional

Politikus Eros Djarot Nilai Pengunduran Diri Airlangga Hartarto Dapat Disebut sebagai Kudeta Golkar

image
Politikus dan budayawan Soegeng Rahardjo Djarot alias Eros Djarot ditemui usai acara peluncuran buku biografi anggota DPR RI periode 1987—1997 Palar Batubara berjudul

ORBITINDONESIA.COM - Politikus dan budayawan Soegeng Rahardjo Djarot alias Eros Djarot menilai pengunduran diri Airlangga Hartarto dari jabatannya sebagai Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Golkar dapat diistilahkan sebagai kudeta Golkar.

Menurut Eros Djarot, patut diwaspadai adanya upaya seseorang yang ingin menjadi Ketum Partai Golkar, tetapi tidak mengikuti ketentuan anggaran dasar dan rumah tangga (AD/ART) partai sehingga berupaya menggunakan cara-cara lain.

"Saya rasa kalau ada istilah kudeta Golkar ya, kalau ada istilah begitu rasanya enggak salah juga ya," kata Eros Djarot, saat ditemui usai acara peluncuran buku biografi anggota DPR RI periode 1987—1997 Palar Batubara berjudul 75 Tahun Bang Palar Batubara, Jiwa Sang Patriot di Jakarta Selatan, Minggu, 11 Agustus 2024.

Baca Juga: Erros Djarot: Paradigma Jelang 2024, Kaum Banteng Kembali ke Jatidiri

Eros menilai, mundurnya Airlangga dari kursi pimpinan partai berlambang pohon beringin itu misterius sehingga tak pelak memunculkan pertanyaan-pertanyaan, termasuk apa desain politik setelah Airlangga mundur.

"Kalau dibilang secara ikhlas (mundur) kok enggak terbaca ya, kalau mundur terkait pertimbangan yang sifatnya menyelamatkan negara, kok kayaknya juga kurang kuat alasannya. Jadi mundurnya kenapa?" tuturnya.

Ia mengaku heran sekaligus menyayangkan peristiwa mundurnya Airlangga sebagai Ketum Partai Golkar.

Baca Juga: Erros Djarot: Jokowi, Dari Zero ke Hero, Jangan Sebaliknya

"Golkar yang sebetulnya partai yang cukup mengakar sejak lama, kok semudah itu rontok ataupun dipereteli seperti ini," ucapnya.

Golkar merupakan partai yang memiliki kesejarahan khusus di Indonesia sehingga dia menyayangkan apabila kemudian menjadi pemenuh hajat politik seseorang.

"Yang paling penting sangat menyedihkanlah, artinya Golkar itu aset bangsa, aset nasional sehingga keberadaan Golkar yang sehat itu diperlukan bangsa ini. Akan tetapi, kalau Golkar yang menjadi alat kekuasaan yang pragmatis dan sementara itu bahaya," kata dia.

Baca Juga: Erros Djarot: Jokowi, Partai KW 1, KW 2 dan Perdagangan Politik

Sebelumnya, Airlangga Hartarto mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar di Jakarta, Minggu.

Halaman:
1
2
Sumber: Antara

Berita Terkait