Jonminofri Nazir: Panji Pratama, Guru, Dosen, dan Telah Menulis 7 Novel
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 08 Juli 2024 03:23 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Panji Pratama adalah penulis, wartawan, dan guru, juga dosen. Semua profesi itu kini menyatu jadi satu, dijalankan sekaligus, di tempatnya bertugas di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Panji Pratama menempuh pendidikan di Unpad (Sastra Indonesia). Sambil kuliah sudah menulis dan bekerja sebagai wartawan. Dia pernah bekerja di Republika, Pikiran Rakyat, dan mendapat pelatihan menulis di Tempo. Ketiga profesi ini menarik untuk diceritakan.
Awal ketertarikan Panji Pratama menulis novel adalah ketika dia bertemu ahli sejarah di saat masih bekerja di Republika. Dari ahli sejarah ini dia mendapat pengetahuan bahwa sejarah Islam masuk ke Indonesia tidak seperti sekarang dikenal di masyarakat. Mendengar cerita ini Panji melakukan riset selama 8 tahun. Akhirnya lahir novel sejarah berjudul “Perkamen Sanada”.
Baca Juga: ICMI Fasilitasi Penulisan Buku 4 Kesultanan di Maluku Utara
Novel kedua yang dilakukan melalui riset panjang adalah “Perempuan Sehabis Gelombang”. Ini cerita berdasarkan kisah derita Aceh yang diguncang Tsunami pada tahun 2004 lalu. Kedua novel ini mendapat penghargaan.
Karena ingin dekat dengan orang tua, Panji muda kembali ke Sukabumi, Di sini dia mendengar tentang sekolah Madrasah Ibtidaiyah, di tempat ketinggian. Ke sini harus ditempuh berjalan kaki sekitar satu jam. Sepeda motor tidak bisa melintas, apalagi mobil.
Di sini Panji terkagum militansi anak-anak di desa ini. Hanya ada satu ruang kelas. Di situ murid kelas 1 hingga kelas 6 belajar. Gurunya adalah siswa SMP alumni sekolah itu juga.
Nah, pada suatu hari, Panji melihat lowongan kerja sebagai pegawai negeri untuk mengajar di sekolah Indonesia di Mesir dan negeri lain. Panji tertarik mengajar di Mesir karena ingin menyelesaikan novelnya berlatar Mesir, tentang perburuan harta karun.
Setelah wawancara justru Panji ditempatkan di Kinabalu tempat di bertugas sekarang. Katanya, ternyata di Kinabalu lebih menarik, banyak tantangan, dan banyak kisah yang bisa ditulis tentang pekerja imigran Indonesia.
Panji tampaknya haus belajar. Pendidikan formalnya sampai S3, ilmu pendidikan, mengikuti berbagai kursus menulis di berbagai tempat. Hasilnya boleh dibanggakan: mendapat penghargaan 8 kali, 6 di antaranya tingkat nasional; melahirkan 7 novel, dan banyak tulisan lainnya. Ia juga dosen dan guru di Kinabalu. Tetapi, menulis tidak pernah ditinggalkannya.
(Oleh: Jonminofri Nazir, SATUPENA) ***