30 Tewas dan Puluhan Lain Terluka dalam Serangan Udara Israel di Kamp Pengungsi Rafah, Gaza Selatan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Senin, 27 Mei 2024 09:58 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Sedikitnya 30 orang tewas dan puluhan lainnya terluka saat Israel menyerang sebuah kamp yang dihuni pengungsi di Kota Rafah, Gaza selatan pada Minggu, 26 Mei 2024, menurut sumber media dan pejabat.
Serangan Israel itu terjadi dekat pusat logistik Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan, kata kantor media Gaza.
Serangan pesawat tempur Israel menghantam beberapa tenda di wilayah tersebur, sebut kantor itu, seraya menambahkan bahwa serangan dilakukan dengan menggunakan rudal dan bom seberat sekitar 907 kilogram.
Sebelumnya, pasukan pertahanan sipil Gaza mengatakan, mereka memindahkan 50 orang, termasuk mereka yang tewas dan terluka, setelah terjadi pengeboman. Wilayah yang menjadi target tersebut menaungi setidaknya 100.000 pengungsi, menurut pasukan itu.
Bulan Sabit Merah Palestina dalam pengarahan singkatnya mengatakan kru ambulans mereka membawa para korban ke pusat-pusat medis terdekat.
Serangan itu menyebabkan kebakaran di wilayah itu, yang masih terus berkobar, menurut para saksi.
“Kami menyelamatkan sejumlah besar anak-anak yang menjadi korban pengeboman Israel, termasuk seorang anak tanpa kepala dan anak-anak yang tubuhnya hancur,” kata seorang petugas paramedis Palestina kepada Anadolu.
“Pembantaian Rafah merupakan pesan jelas Israel kepada ICJ dan komunitas internasional bahwa serangan terhadap warga sipil di Gaza terus berlanjut,” kata kantor media dalam pernyataannya.
Kantor tersebut lebih lanjut mencatat bahwa “sedikitnya 190 warga Palestina terbunuh dan terluka dalam 24 jam terakhir karena tentara Israel menargetkan lebih dari 10 tempat penampungan bagi para pengungsi di Jalur Gaza.”
Baca Juga: Israel Batalkan Serangan Besar-besaran ke Rafah, Jalur Gaza Sesudah Bicara dengan AS
Tentara sebelumnya telah mengidentifikasi kamp yang dibom di Rafah masuk "dalam zona aman di mana para pengungsi didesak untuk pergi."