DECEMBER 9, 2022
Buku

Chris Poerba: Dua Buku tentang Tragedi Mei 1998, Kekerasan Seksual dan Komnas Perempuan

image
Dua Buku tentang Tragedi Mei 1998, Kekerasan Seksual dan Komnas Perempuan (Foto: Chris Poerba)

ORBITINDONESIA.COM -  Tragedi Mei '98, Kekerasan Seksual, dan lahirnya Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) merupakan sebuah rangkaian peristiwa sejarah.

Upaya mengekalkan ingatan ini sudah terdapat di beberapa dokumen. Namun, ada dua buku yang telah terbit di publik dan fokus substansinya menyajikan rangkaian peristiwa sejarah tersebut.

Pertama, Tragedi Mei 1998 dan Lahirnya Komnas Perempuan (Dewi Anggraeni, 2014). Kedua, Memorialisasi Tragedi Mei '98: Studi Tentang Memorialisasi Tragedi Mei '98 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (2011-2019) (Chrismanto Pangihutan Purba, 2023)

Baca Juga: Usman Kansong Mencari Buku Spinoza tentang Konsep Tuhan yang Dianut Einstein

Pada tahun 2014, saat buku pertama diluncurkan di Gramedia Matraman, saya masih bekerja di komisi independen tersebut. Pada saat itu, kami sedang menyiapkan sebuah memorialisasi Tragedi Mei '98.

Sebuah momen terbaik yang pernah saya ingat, peringatan memorialisasi pertama kalinya kembali dilakukan di Makam Massal Korban Tragedi Mei '98 TPU Pondok Ranggon dan peletakan batu pertama monumen oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kenangan tahun 2014, diluncurkannya buku dan peletakan batu pertama monumen tersebut, cukup membekas bagi saya. Ditambah lagi, 2015 setelah adanya peresmian monumennya.

Baca Juga: Satupena Akan Diskusikan Buku di Era Digital, Dengan Pembicara Bagus M. Adam dan Jonminofri

Setelah peresmian monumen, saya sudah terpikir, kalau proses dan upaya memorialisasi harus didokumentasikan lebih baik. Dokumentasi yang lebih utuh dalam bentuk buku.

Setelah purnabakti (2021), barulah saya memikirkan ulang untuk menuliskan buku memorialisasi. Walaupun saya seorang peneliti, penulis, serta terlibat mengawal proses memorialisasi, ternyata proses menuliskannya tidaklah mudah.

Kalaulah dihitung dari awal kali saya menyusun outline, memilah informasi, menulis, mencari penerbit, sampai terbitnya buku, ternyata waktu yang dibutuhkan satu tahun juga. Memastikan bahwa semua informasi yang saya ketahui telah ditulis menjadi proses 'mediasi' sendiri.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Era Digital Tak Cuma Hadirkan Tantangan, Tetapi Juga Peluang Baru Bagi Dunia Perbukuan

Selain itu, buku "Memorialisasi Tragedi Mei '98: Studi Tentang Memorialisasi Tragedi Mei '98 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (2011-2019)" merupakan buku pertama tentang Memorialisasi di Indonesia. Jadilah, saya perlu konsentrasi penuh menuliskannya. 

Buku ini menyajikan dua penelitian utama: Kekerasan Seksual Tragedi Mei '98 (BAB I) dan Memorialisasi Tragedi Mei '98 (BAB III).

BAB I di buku ini merupakan rangkuman dari Tesis Sosiologi dengan judul yang sama "Eksklusi Sosial (Etnisitas, Kelas Sosial, Seksualitas Tubuh Perempuan) Menyebabkan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Etnis Tionghoa (Studi Kasus: Tragedi Mei ‘98)".

Baca Juga: Diskusi Satupena, Bagus M. Adam: Buku Digital Bukan Pengganti Buku Cetak, Tetapi Keduanya Saling Melengkapi

Selanjutnya BAB II,  menuliskan tentang temuan kekerasan seksual, gerakan sosial Masyarakat Anti Kekerasan terhadap Perempuan menemui Presiden B.J Habibie, dan lahirlah Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. 

Adapun pada BAB III buku ini mendokumentasikan proses, sejarah dan capaian memorialisasi telah dilakukan pada kurun waktu 2011-2019. Satu dari  capaiannya adalah Monumen Tragedi Mei '98 di Makam Massal Korban Tragedi Mei '98 Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon (2014-2015).

Saya pikir perlu  menuliskan semua prosesnya, meskipun sekarang memorialisasi sudah mulai dibincangkan. Namun informasi dan pembahasannya dari konsep sampai praktiknya masih belum komphrehensif dan utuh.

Baca Juga: Hendrajit: Membaca Benang Merah Dalam Buku Novel Steve Berry dan Dan Brown

Memorialisasi Tragedi Mei '98 menjadi sangat penting dilakukan sebagai bagian upaya pemulihan korban dan mewariskan ingatan sejarah kepada generasi muda yang belum lahir saat terjadinya tragedi kelam tersebut. Agar tragedi tidak lagi berulang.

Memorialisasi juga merupakan kolaborasi dan kerjasama oleh banyak pihak, komunitas korban, pendamping korban, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, masyarakat pro demokrasi, komisi nasional independen dan pemerintah. Itulah, substansi utama dari buku ini.

Setelah naskah selesai, saya mengirimkan naskah lengkap ke sebuah penerbit ternama di Indonesia. Saya berharap agar buku memorialisasi dapat tersedia di semua gerai toko buku di seluruh Indonesia. Namun, setelah mendiskusikan dengan pihak penerbit, maka proses yang akan dilakukan adalah sharing untuk berbagi dana.

Baca Juga: Ivo Mateus Goncalves: Buku John Roosa tentang Kekerasan Antikomunis 1965-1966 di Indonesia

Jadilah, saya pun menawarkan buku memorialisasi ke beberapa lembaga dan orang untuk membantu pembiayaan penerbitan. Sampai dekat bulan Mei 2023 (bertepatan 25 Tahun Tragedi Mei '98 dan Reformasi) hanya ada satu lembaga yang berminat untuk mendukung penerbitan buku ini.

Saya memang ingin menerbitkan buku ini untuk memperingati 25 Tahun Reformasi dan kado saya buat 25 Tahun Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Waktu saya pun kurang cukup kalau lebih banyak mencari sponsor, karena masih banyak pekerjaan dan penelitian yang harus dikerjakan.

Akhirnya, jalan terakhir saya lakukan. Saya pun mengambil dana pensiun dari lembaga tempat saya pernah bekerja di komisi independen tersebut untuk menerbitkan buku ini.

Baca Juga: Rusmin Sopian: Buku dari Bangka Selatan untuk Nusantara

Setelah itu, prosesnya menjadi lebih sederhana, walaupun tetap harus intens untuk koreksi dan revisi sampai bukunya terbit. Jadi, buku ini pun ternyata harus saya biayai sendiri penerbitannya. Berbeda dengan buku sebelumnya yang saya cukup hanya mengirimkan naskah.

Semoga dengan adanya buku ini dapat memberikan inspirasi bagi banyak pihak untuk melakukan kegiatan memorialisasi di seluruh pelosok Indonesia. 

Syukurlah, saya mempunyai waktu dan kesempatan menyelesaikan dan menerbitkan buku ini. Ada kelegaan setelah buku ini terbit. Selamat hari buku nasional. Puji Tuhan.

Baca Juga: Buku Berjudul 40 Tahun Mengabdi di Dunia Diplomasi: Serpihan Memori Diplomat Indonesia Diluncurkan

Jakarta, 17 Mei 2024.
Chris Poerba. ***

Sumber: WhatsApp grup Esoterika

Berita Terkait