Hendrajit: Membaca Benang Merah Dalam Buku Novel Steve Berry dan Dan Brown
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 12 Mei 2024 07:17 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Hanya sebuah kebetulan yang memberi pesan kepada kita. Dalam dua minggu terakhir ini, dua novel saya baca di sela aktivitas rutin. Dan Brown, Inferno. dan Steve Berry, The Colombus Affairs. Dua pengarang berbeda dan tema cerita yang berbeda.
Anehnya, ada sebuah simpul benang merah yang menyatukan dua jalinan cerita dua novel yang sesungguhnya secara tematik tidak nyambung satu sama lain.
Kedua novel ini dalam bagian dari plot ceritanya memunculkan sebuah perusahaan jasa untuk menciptakan ilusi seolah jadi kenyataan.
Baca Juga: Hendrajit: Perempuan Batu, Novel Karya Tariq Ali yang Memikat
Tom Sagan, wartawan LA Times yang kredibel dan bereputasi bagus, tiba-tiba dalam sekejap hancur lebur karir jurnalistiknya. Gegara artikel hasil liputannya tentang Arab Palestina vs Israel oleh para bosnya dianggap berita bohong.
Sumber-sumber yang jadi rujukan dari kubu Israel maupun Palestina ternyata palsu. Nama-nama yang disebut-sebut Tom dalam artikelnya bukan sosok nyata.
Bisa dibayangkan dong bagiamana Tom harus membela diri kalau dirinya tidak bersalah. Lha wong tidak punya bukti.
Baca Juga: Hendrajit: Membaca Bob Dylan Dari Buku Bacaannya
Belakangan terungkap bahwa Tom dijebak ke dalam fabrikasi berita. Para narasumber yang dikutip Tom itu ternyata para aktor yang terlatih di teater maupun film untuk memainkan peran sebagai narasumber yang disodorkan pada Tom, baik dari kubu Israel maupun Arab. Dan yang merancang ini adalah sebuah firma yang siap memberikan jasa layanan pada klien asal bayaran cocok.
Dalam Inferno karya Dan Brown sama juga. Ada sebuah konsorsium yang siap menciptakan ilusi melalui jasa semacan event organizer, mulai dari hal-hal privat hingga misi yang sangat politis, seperti menggulingkan kekuasaan seorang pemimpin negara atau malah meningkatkan kekuasaannya.
Robert Langdon saat mengalami amnesia, ditolong dua orang dokter yang seakan telah menyelamatkan pakar simbologi ini dari kematian akibat tembakan seseorang.
Baca Juga: Hendrajit: Soedjatmoko Percaya Raja Jawa Bisa Memerintah Karena Dapat Wangsit
Belakangan terbukti itu cuma ilusi alias kenyataan buatan. Baik dokter, perawat dan alat alat kedokteran dan rumah sakit itu tidak nyata. Cuma dekor panggung belaka.
Jasa lain. Ketika ada seorang pejabat negara mau selingkuh sama simpanannya, tanpa terdeteksi isteri maupun publik. Maka konsorsium ini juga bisa melayani.
Mulai dari dalih si pejabat dapat undangan konferensi internasional di Jenewa, misalnya, maka dirancanglah segala sesuatunya terkait penyelenggaraan konferensi. Ada surat undangannya. Ada pembicaranya. Ada hotel penginapannya. Ada panitia teknis konferensi.
Baca Juga: Hendrajit: Pesan Terakhir Franz Kafka pada Sahabatnya Max Brod Tentang Pemusnahan Buku Karyanya
Dan ini paling penting, run down acaranya. Karena celah celah kosong dari jadwal inilah yang jadi tujuan utama si pejabat bisa lolos dari radar isteri maupun publik
Di era digital saat ini, pesan sentralnya jelas. Jangan cepat percaya sesuatu yang nampak terlalu jelas.
Oleh: Hendrajit, pengamat geopolitik. ***