DECEMBER 9, 2022
Kolom

Guru Besar Unand, Elfindri: Nilai Ekonomi Kebudayaan

image
Prof. Dr. Elfindri, Guru Besar Unand (Foto: Universitas Muhammadiyah Riau)

ORBITINDONESIA.COM - Pada pertemuan internasional tentang kebudayaan yang diselenggarakan di Padang, minggu kedua Mei 2024, membuat saya banyak belajar. Delegasi dari Mesir, Amerika Serikat, Vietnam, India, Banglades dan Indonesia membuat pertemuan itu memiliki nilai yang bagus dan perlu terus diupayakan.

Saya diberi kesempatan sebagai pembicara di BI tentang literasi ekonomi dan dikaitkan dengan budaya bersama Aminur Rahman dari Banglades. Saya menyampaikan, begitu pentingnya membahasakan ekonomi sesuai dengan konteks dan sasaran siapa yang perlu mengetahuinya.

Saya menyarankan agar local champion akan lebih memahami dan mudah menyampaikan pesan ke target kelompok maupun individu. Aminur Rahman juga senada menyatakan bahwa literasi keuangan juga perlu disampaikan sesuai dengan kadar budaya di mana kita ingin memberikan pesan.

Baca Juga: IMLF-2 Satupena Sumatra Barat Akan Gelar Seminar Internasional, Hadirkan Sejumlah Pembicara Luar Negeri

Saya memandang kajian kebudayaan tetap perlu diteruskan, baik oleh BRIN maupun peneliti kebudayaan di universitas-universitas.

Namun perlu digarisbawahi bahwa penelusuran "kebudayaan" tidak hanya sebatas naskah, pakaian, benda kuno, sejarah dan visualisasi kejadian serta interpretasi. Kemudian di ujungnya melahirkan buku, atau artikel.

Namun yang lebih penting ditindaklanjuti, bagaimana temuan-temuan kebudayaan itu mudah dipahami oleh generasi berikutnya. Ini merupakan sebuah upaya penting yang perlu kita lakukan bersama.

Baca Juga: Yusuf Liu Baojun, Pelukis Kaligrafi China Muslim akan Meriahkan Pameran IMLF Kedua di Padang, Sumatra Barat

Betapa terbatasnya kemampuan kita mengemas artefak, budaya pakaian, kuliner, serta sejarah perang, fungsi sosial budaya, dijadikan sedemikian rupa sehingga belum dapat dijadikan nilai ekonomis yang tinggi.

Pandangan ini saya sampaikan mengingat riset kebudayaan masih belum dikemas sesuai dengan kekinian, terintegrasi dan memberikan value added yang tinggi.

Betapa ini begitu matang dikemas seperti di Turki, misalnya, artefak uang kuno saja mereka kemas dan teliti sesuai dengan waktunya, dan hasilnya menjadi cerita bagi pengunjung di musium raja-raja.

Baca Juga: Kanal Khiev, Finalis Kamboja's Got Talent Akan Tampilkan Tarian Spektakulernya di Pertunjukan Seni IMLF II

 Peperangan Al Ayubbi di Istanbul, Turki, misalnya mampu mereka kemas dengan video singkat, dan pengunjung menikmati kemasan itu baik di musium-musium maupun di bioskop-bioskop. 

Turunannya menjadikan kajian kebudayaan bernilai tinggi. Tentu terbuka lapangan kerja bagi seniman, budayawan, sejarawan, arkeolog dan sejenisnya.

Semoga pesan ini dapat dilakukan pemetaan dan satu-persatu bilamana temuan kebudayaan sudah maju, maka kemas dan jadikan objek untuk dipelajari oleh generasi berikutnya.

Baca Juga: Penyair Bangladesh, Aminur Rahman: IMLF Sangat Baik untuk Promosikan Budaya Minangkabau ke Dunia

Musium menjadi tempat yang nilai sejenisnya menjadi tinggi. Musium pun perlu kemasan yabg membuat keberadaan kebudayaan itu makin kaya. ***

Sumber: Satupena Sumatra Barat

Berita Terkait