DECEMBER 9, 2022
Buku

Satrio Arismunandar: Era Digital Tak Cuma Hadirkan Tantangan, Tetapi Juga Peluang Baru Bagi Dunia Perbukuan

image
Satrio Arismunandar (Foto: Koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM - Era digital tak cuma menghadirkan tantangan bagi dunia perbukuan, tetapi juga peluang-peluang baru. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.

Satrio Arismunandar menanggapi diskusi tentang buku di era digital. Diskusi di Jakarta, Kamis malam, 9 Mei 2024 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.

Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu menghadirkan nara sumber Bagus M. Adam, yang bertanggung jawab dalam produksi dan penjualan e-book di penerbit Gramedia. Juga Jonminofri, yang menangani e-book di kios Satupena. Diskusi itu dipandu oleh Amelia Fitriani dan Anick HT.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Tradisi Filantropi yang Kuat di Indonesia Berkaitan Erat dengan Filosofi Memberi

Satrio menuturkan, tantangan utama adalah pembajakan digital. Dengan kemudahan berbagi konten digital, pembajakan menjadi perhatian yang signifikan bagi penerbit.

“Melindungi hak kekayaan intelektual dan memerangi pembajakan memerlukan kewaspadaan dan investasi terus-menerus dalam langkah-langkah anti-pembajakan,” ujar Satrio.

Tantangan kedua, adalah mengubah kebiasaan membaca. “Di era digital, orang mengonsumsi konten dalam berbagai format dan di berbagai perangkat,” tutur Satrio.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Turki Jadi Contoh Negara Muslim yang Lakukan Transformasi Kalender Islam dari Rukyat ke Hisab

“Pembaca mungkin lebih menyukai konten yang lebih pendek dan interaktif, atau memilih buku audio dan podcast dibandingkan buku cetak tradisional. Penerbit harus menyesuaikan strategi mereka untuk memenuhi kebiasaan membaca yang terus berkembang,” tambahnya.

Sedangkan, peluang baru untuk penerbitan buku adalah jangkauan global. “Distribusi digital memungkinkan penerbit menjangkau audiens global tanpa batasan distribusi fisik. E-Book dapat langsung diunduh di mana saja di dunia, membuka pasar baru bagi penerbit,” jelas Satrio.

Selain itu, biaya produksi juga lebih rendah. “Penerbitan digital menghilangkan banyak biaya yang terkait dengan pencetakan, pergudangan, dan distribusi buku fisik,” kata Satrio.

Baca Juga: Satrio Arismunandar: Bencana Alam Hadirkan Pertanyaan Eksistensial tentang Makna Hidup dan Absurditas Keberadaan Manusia

“Hal ini memungkinkan penerbit untuk bereksperimen dengan genre khusus dan pasar khusus, yang mungkin tidak layak secara ekonomi di masa lalu,” jelas Satrio.

Satrio menambahkan, keuntungan lain adalah analisis data. “Penerbitan digital memungkinkan penerbit mengumpulkan data berharga tentang perilaku pembaca, preferensi, dan pola pembelian,” ucapnya.

“Dengan memanfaatkan analisis data, penerbit dapat menyesuaikan upaya pemasaran mereka, mengoptimalkan strategi penetapan harga, dan mengidentifikasi tren yang muncul di pasar,” katanya.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Satrio Arismunandar: Kehidupan Adalah Perjalanan dan Komaruddin Hidayat Adalah Seorang Peziarah

Selain itu, penerbitan digital memungkinkan model penerbitan yang lebih sigap. Ini memungkinkan penerbit merilis konten dengan cepat sebagai respons terhadap permintaan pasar atau peristiwa terkini. Ketangkasan ini dapat membantu penerbit tetap relevan dalam lingkungan digital yang bergerak cepat,” tegas Satrio. ***

 

 

 

 

Berita Terkait