DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Pengamat UMI Makassar, Hadawiah Hatita: Penggunaan AI Butuh Regulasi di Bidang Pendidikan

image
Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar DR Hadawiah Hatita. Antara/dok. pribadi

ORBITINDONESIA.COM - Pengamat masalah pendidikan dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Hadawiah Hatita mengatakan, penggunaan Artificial Intelijen (AI) di dunia pendidikan membutuhkan regulasi agar tidak menjadi ancaman dalam mengolah arah berpikir secara murni.

"Kondisi ini karena AI memudahkan generasi saat ini dalam pekerjaannya yang akhirnya dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk membuat konsep secara utuh melalui struktur berpikirnya," kata Hadawiah Hatita di Makassar, Jumat, 3 Mei 2024.

Sebagai gambaran, lanjut Hadawiah Hatita. dalam dunia perguruan tinggi penggunaan AI menjadi ancaman terhadap maraknya penggunaan AI di kalangan pendidikan dalam pembuatan jurnal-jurnal.

Baca Juga: Topik Terkini di Dunia Jurnalistik: Pers dan Artificial Intelligence atau AI, Seteru atau Sekutu?

Mencermati kondisi tersebut, Hadawiah mengatakan, regulasi yang ketat sangat dibutuhkan agar AI tidak menjadi ancaman dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Permasalahan lainnya di bidang pendidikan adalah biaya pendidikan masih sangat tinggi, sehingga tidak semua warga dapat mengaksesnya. Sebut saja kalangan ekonomi lemah, tidak semua dapat menembus perguruan tinggi, karena program bidik misi bagi yang kurang mampu kuotanya terbatas.

"Biaya pendidikan harusnya lebih murah untuk memudahkan generasi mengakses pendidikan tinggi," ujarnya.

Baca Juga: Schneider Electric Gandeng NVIDIA Kembangkan Desain Pusat Data Berbasis Artificial Intelligence

Dia mengatakan, seharusnya seperti negara tetangga, semua biaya pendidikan ditanggung negara, sehingga.warganya tinggal fokus belajar.

Belum lagi pemerataan guru yang bertugas di kota dan di pelosok atau pesisir yang sangat timpang jumlahnya. Padahal rasio kebutuhan guru di pelosok desa ataupun pesisir masih sangat kurang.

"Semua permasalahan itu menjadi tantangan untuk pemerintah ke depan, agar dapat membenahi demi kemajuan pendidikan yang nota bene berdampak pada generasi pelanjut," tutup Hadawiah. ***

Sumber: Antara

Berita Terkait